Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/09/2012, 21:08 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Posisi Fitra Ramadhani (FR) kian terjepit. Keterangan saksi-saksi membuat polisi terkejut. Setelah menyabet Alawy Yusianto Putra, FR disebut-sebut masih ingin mengejar korban lainnya.

"Yang membuat miris, setelah menyabet korban, dia (FR) masih ingin mengejar yang lainnya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Jumat (28/9/2012).

Ia melukiskan, FR seakan-akan masih ingin mencari lebih banyak korban dari pihak lawan. Karena itu, ia masih coba mengejar mereka.

Beruntung saat itu, kata Rikwanto, seorang guru SMA 6 berinisial DA mampu memegang dan merangkulnya. Setelah terjadi pergumulan beberapa saat, DA menjauhkan alat bernoda darah yang digunakan FR untuk membacok Alawy.

Arit tersebut kemudian diambil oleh satpam 7Eleven untuk kemudian diserahkan kepada seorang guru. Guru tersebut kemudian menyerahkan kepada polisi untuk dijadikan barang bukti.

Untuk memastikan saat itu FR tidak berada dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan, pelajar SMAN 70 itu telah menjalani tes urin.

"Mungkin akan dilakukan tes darah juga," kata Rikwanto.

"Mungkin perlu kita tambahkan apabila perlu tes psikologi. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana sih rasa permusuhan anak-anak itu, sejauh mana keinginan mereka untuk adu nyawa," sambung Rikwanto.

Menurut Rikwanto, tingkat permusuhan, kenekatan, hingga upaya untuk menghabisi lawan dalam peristiwa tawuran di Bulungan maupun di Manggarai, sudah tidak rasional. Karena itu, pemeriksaan mental dirasa perlu untuk mengetahui lebih jauh akar dari persoalan mental tersebut.

Rikwanto juga menjelaskan, akar permusuhan kedua sekolah yang bertikai sudah berlangsung lama. Karena itu, cukup sulit mengungkap motif tawuran di seputaran Patung Tangan, Bulungan itu.

Pertemuan antara kedua pihak di jalan umum sudah cukup untuk meletuskan tawuran. Ia menilai yang terjadi bukanlah pembunuhan berencana karena pembacokan berlangsung dalam situasi tawuran massal.

"Tidak ada target khusus. Korbannya acak, tidak diincar khusus," ujar Rikwanto.

Berita lain terkait tawuran pelajar di Jakarta dapat diikuti di topik: Tawuran Berdarah.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    28th

    Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

    Syarat & Ketentuan
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
    Laporkan Komentar
    Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com