Jakarta, Kompas -
”Ini penting untuk memberikan tempat yang luas bagi penumpang kereta. Penumpang mempunyai tempat luas untuk naik dan turun,” kata Direktur Komersial PT KAI Sulistyo Wimbo Hardjito, Senin (8/10).
Selama ini, peron kereta hanya cukup untuk delapan kereta dalam satu rangkaian. Dengan
Sterilisasi stasiun akan dilakukan untuk mencegah okupansi pedagang kaki lima hingga ke peron. Selain itu, PT KAI juga bisa mencegah penumpang tanpa tiket. PT KAI juga akan memberlakukan tiket elektronik untuk penumpang KRL mulai tahun depan.
Kepala Aset PT KAI Daop 1 Aji Bambang mengatakan, akan ada 43 stasiun di lintas Bogor dan jalur lingkar yang akan disterilisasi pada tahap awal.
Terkait dengan perpanjangan peron, ada 19 stasiun lintas Bo-
Penataan stasiun juga akan mengoptimalkan pendapatan di luar penjualan tiket. ”Hasil dari penjualan tiket sudah habis untuk biaya operasional,” kata Wimbo.
Secara nasional, pendapatan PT KAI dari pengelolaan aset nonproduksi, termasuk stasiun, hanya 3 persen tahun 2011. ”Kalau tahun depan bisa dapat 5 persen sudah baik,” ujarnya.
Ia menegaskan, PT KAI harus hidup secara mandiri. Dalam beberapa kasus, seperti pengembangan KRL Jabodetabek, perusahaan harus meminjam dana pihak ketiga. Konsekuensinya, ada kewajiban membayar bunga. Kewajiban itu yang ditutupi dari berbagai jenis pendapatan, seperti penataan area komersial di stasiun.
Menurut Kepala Aset Nonproduksi PT KAI Edi Harjono, Stasiun Cikini dan Gondangdia akan jadi percontohan. ”Selain berfungsi sebagai tempat naik-turun penumpang, kami berharap stasiun menjadi tempat pertemuan masyarakat. Akan ada juga aneka aktivitas,” katanya.