SMA 70: Tidak Semua Saksi Terlibat Tawuran

JAKARTA, KOMPAS.com — Tim Advokasi Komite SMA Negeri 70 menyatakan tidak semua siswa yang menjalani pemeriksaan di Mapolres Metro Jakarta Selatan adalah pelajar yang terlibat tawuran. "Ada juga yang tidak terlibat. Misalnya, ada yang dipanggil karena setelah kejadian tersangka datang ke rumahnya," kata Suhendra Asido Hutabarat, Ketua Tim Advokasi Komite SMA Negeri 70, di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Selasa (9/10/2012).

Dia mengatakan, sebanyak 18 pelajar SMA Negeri 70 Jakarta menjalani pemeriksaan ulang terkait kasus tawuran di Bulungan, Jakarta Selatan, yang menewaskan Alawy Yusianto Putra, pelajar SMA Negeri 6 Jakarta. Sembilan di antaranya sudah menjalani pemeriksaan pada Senin (8/10/2012) kemarin.

"Hari ini sisanya, sembilan orang lagi," kata Suhendra.

Dia mengatakan, konteks tawuran dan pembunuhan perlu dicermati oleh penyidik. Pasalnya, pembunuhan itu terjadi dalam peristiwa tawuran. Akan tetapi, pembunuhan itu hanya melibatkan satu tersangka. "Yang lainnya tidak terlibat dalam pembunuhan. Mereka baru tahu setelah kejadian," kata Hendra, sapaan Suhendra.

Alasan lain yang menyebabkan kasus ini membutuhkan kecermatan penyidik, menurut Hendra, karena korban disebutkan tidak terlibat dalam tawuran. Dengan demikian, tawuran dan pembunuhan bisa dikatakan dua peristiwa berbeda yang saling berkaitan.

"Ini terkait Pasal 170 tentang pengeroyokan yang hendak dikenakan polisi. Kami ingin tegaskan, beberapa di antara mereka memang terlibat tawuran, tapi sama sekali tidak terlibat, bahkan tidak tahu tentang pembunuhan itu," kata Hendra.

Berita terkait dapat diikuti di topik : TAWURAN BERDARAH