Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenangan Para Onthelis Yogyakarta

Kompas.com - 21/10/2012, 04:03 WIB

 

 

Ribuan onthelis atau pesepeda membanjiri Jalan Ipda Tut Harsono di sisi timur Balaikota Yogyakarta, Sabtu (6/10) pukul 19.00. Malam itu para ”penggila” sepeda Yogyakarta ingin menunjukkan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta bahwa dengan atau tanpa dukungan pemerintah para onthelis tetap akan giat bersepeda.

Gerakan yang dinamakan Sepeda Merdeka ini diikuti ribuan pesepeda, mulai dari komunitas sepeda tua, komunitas pit dhuwur (sepeda tinggi), komunitas low ride, komunitas sepeda gunung, dan berbagai komunitas sepeda lainnya. Semua onthelis mulai dari anak-anak hingga orang tua tumpah ruah di sepanjang jalan.

Malam itu sangat istimewa bagi para onthelis Yogyakarta. Pak Jo, salah seorang pegiat sepeda, mengatakan, seluruh pesepeda sepakat memakai baju putih sebagai bentuk kebersihan hati para pesepeda untuk menyikapi kebijakan Pemkot Yogyakarta.

Sejak awal September lalu, para pesepeda di Yogyakarta gerah dengan keluarnya surat edaran nomor 645/57/SE/2012 tentang parkir di kompleks Balaikota Yogyakarta. Surat edaran yang dikeluarkan Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti tersebut dinilai bertentangan dengan konsep sego segawe (sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe: sepeda untuk bersekolah dan bekerja) yang digagas Wali Kota Yogyakarta sebelumnya, Herry Zudianto, melalui surat edaran nomor 551/048/SE/2009.

Dalam surat edaran lama diatur bahwa setiap hari Jumat lingkungan Pemkot Yogyakarta bersih dari sepeda motor dan mobil, baik milik pegawai maupun tamu. Kebijakan ini diambil sebagai contoh konkret dari pemkot untuk mengajak masyarakat agar gemar menggunakan sepeda, baik untuk sekolah maupun bekerja.

Namun, mulai 7 September 2012 Wali Kota Yogyakarta yang baru, Haryadi Suyuti, justru membuat kebijakan yang bertolak belakang. Dalam surat edaran baru, semua kendaraan pegawai atau tamu diperbolehkan masuk kompleks pemkot. Artinya, teladan konkret pemkot untuk membudayakan lagi semangat bersepeda itu hilang.

Kepraktisan

Dalam beberapa kesempatan Haryadi menjelaskan bahwa kebijakan ini sebagai upaya Pemkot Yogyakarta untuk memperlancar pelayanan. Sebab, setiap hari Jumat di kompleks pemkot terjadi kesemrawutan kendaraan bermotor karena seluruh kendaraan harus parkir di luar seiring adanya kebijakan car free day di dalam kompleks pemkot.

Pegiat sepeda Yogyakarta, Yoan Vallone, mengatakan, kebijakan pembatasan kendaraan di kompleks Pemkot Yogyakarta selama ini sebenarnya telah menjadi fondasi dasar semangat Sego Segawe di Yogyakarta. Namun, ia mempertanyakan mengapa bentuk teladan konkret yang menjadi sorotan banyak pihak itu justru dihilangkan begitu saja.

Pada malam itu juga, para onthelis memberi kesempatan kepada Wali Kota untuk menyampaikan penjelasan atau klarifikasi. Dalam sambutannya, Haryadi menjanjikan para pesepeda tetap akan aman dan diberi ruang. ”Silakan bersepeda di Yogya, sepeda untuk sekolah dan bekerja. Ini adalah bagian dari gaya hidup dan keistimewaan rakyat Yogyakarta,” kata dia.

Gerakan Sepeda Merdeka merupakan salah satu bentuk kegairahan bersepeda di Yogyakarta. Contoh konkret lain gerakan para onthelis terlihat setiap hari Jumat minggu terakhir di mana ribuan pesepeda selalu membanjiri jalanan Kota Yogyakarta. Mungkin hanya ada di Yogyakarta pasukan onthelis kompak membentuk gerakan bersama untuk selalu bersepeda. (Aloysius B Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com