Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malam Menikah, Pagi Hari Tewas Tertimbun Longsor

Kompas.com - 30/10/2012, 03:35 WIB

Nasib tragis menimpa keluarga besar Supiani (35), warga Desa Jugala Jaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hari-hari yang seharusnya diisi dengan keceriaan berbalik menjadi duka mendalam. Tiga anggota keluarga besar Supiani tewas tertimbun longsor dari galian pasir, Senin (29/10) pagi.

Pagi itu, sekitar pukul 07.00, Supiani menyambangi kakaknya, Sukria (42) dan Ahmadi (37). Sehari sebelumnya, mereka sudah bersepakat membantu adik mereka, Sukma (25), yang hendak membangun rumah baru di kampung mereka. Sukma meminta bantuan agar keluarga besarnya mengumpulkan pasir dan batu untuk bahan bangunan rumahnya.

Selama ini, Sukma tinggal di Kota Depok berjualan aksesori. Hanya beberapa hari sekali ia pulang ke kampung halaman. Beberapa anggota keluarganya juga berdagang aksesori.

Supiani tanpa berpikir panjang langsung menyetujui. Tolong-menolong masih sangat kental di perkampungan yang berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Banten, itu. Padahal, Minggu malam, Supiani baru menikahi pujaan hatinya, Mimin (22). Prosesi pernikahan pun berlangsung sederhana saja.

”Tetapi, ternyata baru sehari menikah, nyawanya terenggut karena bencana itu,” tutur Agus (46), Kepala Desa Jugala Jaya.

Sekitar pukul 09.00, cuaca di Blok Gunung Talaga, di tepi Taman Nasional Gunung Halimun Salak, cerah. Tidak ada hujan ataupun angin. Supiani, Sukma, Ahmadi, Sukria, Aris (24), Mulyadi (26), Ali (27), dan Saproni (46) mulai menambang pasir. Pasir keras itu akan dicampur dengan pasir yang dibeli Sukma di toko bahan bangunan.

Tiba-tiba tanah bercampur pasir dari ketinggian sekitar 5 meter longsor dengan lebar sekitar 10 meter. Supiani, Sukria, dan Ahmadi tidak sempat keluar dari ceruk tempat mereka menambang pasir. Sukma sempat mengelak, tetapi kakinya tertimpa sehingga patah di tulang paha kanan. Empat anggota keluarga mereka yang lain hanya terluka ringan.

Beberapa warga langsung datang membantu, tetapi nyawa Ahmadi, Sukria, dan Supiani tidak tertolong. Mereka meninggal dunia tertimbun pasir dan tanah yang seharusnya dijadikan bahan bangunan untuk rumah adik mereka.

Korban selamat yang sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang sudah diperbolehkan pulang.

Kepala Kepolisian Sektor Jasinga Komisasis Uba Subandi mengaku, pihaknya juga sudah mengumpulkan data terkait dengan kejadian itu. Menurut dia, ketiga korban tewas dan empat korban selamat bukan bermata pencarian penambangan batu dan pasir. Namun, itu murni sekadar hendak menggunakan material tersebut untuk membangun rumah.

”Sudah jadi kebiasaan warga di desa itu, kalau mereka butuh material bangunan, tinggal menambang di blok itu. Tapi, memang karena penambangan rakyat, jadi tidak ada izin dari Pemerintah Kabupaten Bogor,” kata Uba Subandi.

Setelah kejadian itu, ia mengaku akan menutup sementara lokasi penambangan tradisional tersebut. Menurut dia, pihaknya akan meminta bantuan dari perangkat desa agar masyarakat tidak kembali menambang di lokasi itu karena berbahaya.

Longsor yang memakan korban jiwa sebelumnya juga pernah terjadi di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak pada Mei lalu. Delapan gurandil atau penambang emas ilegal meninggal dunia akibat tanah longsor di Gunung Pilar (Kompas 26/5).

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Agus Pambudi saat dikonfirmasi membenarkan bahwa longsor yang merenggut tiga korban jiwa itu terjadi di dalam kawasan taman nasional. Dia mengaku, petugasnya sudah berkali-kali mengingatkan masyarakat agar tidak menambang di kawasan taman nasional.

”Tapi, masyarakat kucing-kucingan. Kalau ada petugas, pura-pura tidak menambang. Begitu petugas tidak ada, mereka lanjut lagi,” katanya.

Menurut dia, ada beberapa titik di kawasan taman nasional yang dijadikan lokasi penambangan ilegal, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Belajar dari pengalaman ini, dia mengaku akan meminta petugas tetap berpatroli untuk mengingatkan warga.

”Kalau dari awal masyarakat mendengar imbauan kami, tentu tidak begini kejadiannya,” kata Agus. (Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com