Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghidupkan Kembali Tramway di Jakarta

Kompas.com - 31/10/2012, 22:18 WIB
Noory Okthariza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Moda transportasi bus berbasis rel atau yang umum dikenal dengan nama trem bukanlah moda transportasi baru bagi penduduk Jakarta. Secara historis, tahun 1869 pemerintah kolonial Belanda sudah menciptakan trem kuda, berlanjut dengan trem uap pada 1881 dan selanjutnya menjadi trem listrik 1933.

Pakar Transportasi DTKJ Iskandar Abubakar berpendapat, trem kota merupakan solusi ideal yang paling bisa dieksekusi sesegera mungkin. Trem kota dianggap sebagai solusi alternatif mengatasi kemacetan Ibu Kota

"Dengan sedikit modifikasi dan renovasi halte, kita bisa memanfaatkan koridor-koridor baru busway," kata Iskandar di Jakarta, Rabu (31/10/2012).

Kapasitas angkut trem terbilang tinggi. Sebagai catatan, trem kota dapat mengangkut 80.000 penumpang per jam, monorel 40.000, hard rail transit (seperti kereta api) 140.000, dan bus rapid transit (seperti bus TransJakarta) hanya 25.000 penumpang per jam.

Kelebihan lain dari trem adalah ramah lingkungan, karena bisa dioperasikan dengan listrik, sehingga tidak menimbulkan polusi udara.

"Transportasi ini (trem) bisa memanfaatkan jalur berbasis rel, sehingga tidak akan digunakan oleh kendaraan lain, sebagaimana yang kita lihat pada koridor-koridor bus TransJakarta," terang Iskandar.

Sementara Dosen Transportasi Insititut Teknologi Bandung Harun Alrasyid Lubis, dalam kajiannya mengajukan pilihan jenis-jenis light rail transit (LRT); tram-train, railbus, streetcar atau trolley bus.

"Yang paling visibel untuk Jakarta adalah menggunakan jalur koridor baru busway, misalnya, dari Koridor II dan III yang menghubungkan Pulogadung-Kalideres atau Koridor V dan VII yang menyambungkan Kampung Rambutan-Ancol," terang Harun.

Menanggapi usulan tersebut, Kepala Badan Layanan Umum (BLU) DKI Jakarta M Akbar mempertanyakan demand penumpang dan pembiayaannya.

"Selama ini rencana pengadaan transportasi publik di Jakarta banyak yang berhenti di tengah jalan," kata Akbar.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com