Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anton Medan: Lebih Mudah Rampok Pegadaian

Kompas.com - 07/11/2012, 15:32 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai mantan residivis yang pernah malang melintang di dunia hitam, Anton Medan bisa menganalisa secara jernih kejahatan dan modusnya. Pria yang sekarang dikenal sebagai mubalig dengan nama KH Muhammad Ramdhan Effendi ini memiliki pandangan tersendiri terkait berulangnya perampokan Kantor Pegadaian di Jakarta.

Anton menjelaskan, pelaku kejahatan terencana pasti mempertimbangkan faktor risiko dan keuntungan dari setiap perbuatan yang dilakukan. Dari sisi ini, merampok toko emas yang tak memiliki penjaga lebih riskan dibandingkan merampok kantor Pegadaian.

"Kalau dibandingkan peluangnya, lebih untung merampok di Pegadaian daripada di toko emas," urai Anton saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Rabu (7/11/2012).

Ia beralasan, meskipun memiliki sistem pengamanan, situasi di Pegadaian lebih memungkinkan untuk dirampok dibandingkan toko emas. Sebab, kantor Pegadaian selalu dalam kondisi tertutup dan orang dengan mudah bisa masuk ke dalam.

"Setelah berada di dalam, apa yang terjadi tidak akan diketahui orang di luar karena selalu tertutup," jelas Anton.

Ini berbeda dengan situasi di toko emas yang terbuka, sehingga mudah mengundang perhatian warga sekitar bila terjadi hal yang mencurigakan. Apalagi, menurut pria bernama asli Tan Hok Liang ini, hal yang paling diperhitungkan para pelaku adalah perhatian massa.

"Menjadi perhatian massa itu yang paling ditakuti karena itu semakin minim perhatian, semakin besar peluang terjadi tindak kejahatan," sambung pria kelahiran Tebing Tinggi, Sumatera Utara itu.

Faktor lain yang menjadi kondisi pendukung adalah faktor psiko-sosial masyarakat Jakarta. Ia menjelaskan, warga Jakarta yang memiliki tingkat ego yang tinggi tidak akan memaksa diri terlibat dalam satu hal yang berisiko jika tidak memiliki hubungan emosional yang kuat.

Ia mencontohkan, bisa saja warga sekitar melihat kehadiran orang-orang mencurigakan di sekitar lokasi. Banyak warga juga yang kemungkinan melihat para pelaku melarikan diri, namun tidak tergugah untuk terlibat mencegah ataupun menangkal tindak kejahatan.

Pada toko emas, kata Anton, pemilik dan karyawan dapat bersosialisasi secara leluasa dengan warga sekitar. Hal ini membentuk ikatan emosional di antara mereka. Ini berbeda dengan situasi di kantor Pegadaian yang tak memiliki ikatan serupa.

"Jadi, tidak ada warga sekitar yang benar-benar peduli kalau Pegadaian dirampok. Ini berbeda kalau terjadi di toko emas. Jadi, walaupun terjadi di tempat ramai, jarang ada yang langsung datang membantu," kata Anton.

Dalam situasi terjadinya kejahatan di tempat umum di Jakarta, tutur dia, spontanitas warga akan muncul setelah ada yang memelopori. Jika orang-orang terdekat di lokasi tidak memiliki ikatan emosional, maka spontanitas itu sulit terbentuk.

"Warga pasti akan membantu, tapi spontanitas bisa terjadi bila ada pelopor di depan. Kalau yang terdekat saja tidak bereaksi, warga yang lain akan tetap diam," ulas Anton.

Dengan kondisi seperti ini, Anton berharap sistem pengamanan kantor Pegadaian yang minim bisa mengakomodasi sistem pengamanan sosial. Warga dan pedagang di sekitar lokasi dapat diberdayakan untuk ikut memantau situasi di sekitar kantor.

Sosialisasi dan komunikasi para pegawai dengan warga sekitar juga diharapkan dapat dibuka untuk menjalin ikatan sosial.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com