Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peran Buddy Sebagai Pendamping ODHA

Kompas.com - 11/11/2012, 11:08 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang yang tidak mengetahui istilah buddy. Namun di kalangan Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA), buddy bisa dikatakan penolong dan pemberi semangat di tengah kehancuran mental setelah tahu seseorang telah mengidap salah satu penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/AIDS. Buddy bisa memberikan motivasi kepada para penderita yang baru mengetahui dirinya terjangkit penyakit HIV/AIDS. Buddy juga memiliki kewajiban moral membangkitkan semangat penderita dengan masuk ke dalam kominitas yang dihuni oleh ODHA.

Kebanyakan Orang dengan HIV-AIDS tertular dari pemakaian jarum suntik saat menggunakan narkotika jenis putaw. Dengan berkumpul bersama dan menggunakan suntikan bergantian dapat menyebabkan tertularnya penyakit HIV/AIDS ini. Bagi para penderita yang baru mengetahui dirinya terinfeksi penyakit HIV/AIDS pasti akan merasa terasingkan. Menganggap orang lain akan menjauhi dirinya karena mengidap penyakit yang ditakuti oleh banyak orang. Situasi seperti inilah yang membuat budies dari YMM tergugah hatinya untuk membantu penderita ODHA.

"Yang kami lakukan adalah memberikan motivasi kepada penderita ODHA agar bisa terus membangun semangatnya. Untuk melawan penyakit seperti ini, semangatlah yang pertama kali dibutuhkan," kata Hendra (31), bukan nama sebenarnya, salah satu buddy dari YMM, di Klinik Jelia, Mangga Besar, Jakarta Barat.

Buddy sendiri mulai mendekati pasien yang mengidap ODHA setelah mendapatkan rekomendasi dari dokter. Kemudian buddy mendampingi penderita dengan melakukan pendekatan lebih dalam. Penderita dengan penyakit HIV/AIDS lebih nyaman jika berada dalam komunitas yang sama.

"Peran penderita akan lebih terbuka untuk menceritakan keluh kesahnya kepada orang yang sama-sama menderita penyakit yang sama," kata Hendra.

Dari dasar pemikirannya seperti itulah dia membangun YMM untuk penderita ODHA agar bisa membagi keluh kesah sebagai sesama penderita. Mayoritas buddy juga menderita ODHA, makanya buddy bisa bergaul lebih intensif dengan pasien dibandingkan dengan dokter.

"Kadang kalau ada penderita yang nggak ada kabarnya, kami datangi ke rumahnya. Yang kasihan itu kalau penderitanya ibu rumah tangga yang tertular dari suaminya yang suka 'jajan'," ungkap Hendra.

Motivasi

Mayoritas buddy yang menangani ODHA merupakan penderita ODHA baik terinveksi karena perilakunya sendiri ataupun innocent victim. Motivasi Hendra menjadi buddy berasal dari masa lalunya sebagai pengguna jarum suntik dalam menggunakan narkoba jenis putau. Dia menjadi pengguna sejak tahun 1996 yang lalu saat duduk di bangku SMA.

Keranjingannya menggunakan putaw terus berlanjut walaupun setelah menikah tahun 2001 dengan kekasih hatinya. Kemudian pada tahun 2006, Hendra mengalami sakaw hebat sehingga harus dimasukkan ke tempat rehabilitasi oleh keluarganya.

"Karena rehabilitasinya itu pakai jasa rumah sakit, jadi harus diperiksa menyeluruh. Dari situlah saya tahu kalau saya juga menderita HIV/AIDS," kata Hendra.

Ketika mengetahui dirinya terinfeksi penyakit HIV, anak dan istrinya segera memeriksakan kesehatan juga di rumah sakit. Untungnya kedua orang yang sangat dia cintai tidak tertular penyakit menakutkan tersebut. Sejak mengetahui dirinya mengidap HIV/AIDS, Hendra mulai berhenti menggunakan putaw. Ia mencoba mengabdikan diri kepada yayasan yang bergerak di bidang HIV/AIDS untuk memberikan motivasi kepada penderita Odha maupun PMS. Yayasan tersebut adalah YMM yang bekerjasama dengan klinik Jelia di bilangan Mangga Besar, Jakarta Barat. Dari rekomendasi dokter di Klinik Jelia inilah buddy mengetahui siapa saja yang membutuhkan pendampingan untuk melawan penyakit menakutkan ini.

"Untuk kami sendiri sih dari yayasan ingin menggalakkan program Selamatkan Perempuan dan Anak dari HIV/AIDS, program ini dibuat untuk menekan jumlah penderita setiap tahunnya," kata Hendra.

Pembelajaran

Tugas dari buddy sendiri sebagai pendamping penderita Odha adalah memberitahukan secara mendalam mengenai penyakit HIV/AIDS. Tugas ini tidak dapat dilakukan oleh dokter karena butuh kedekatan emosional yang tinggi supaya tidak membuat down penderita HIV/AIDS.

"Biasanya kami lakukan pertemuan beberapa kali untuk sekadar ngobrol saja pada penderita, setelah obrolan dirasa sudah cukup intensif, baru kami jelaskan mengenai penyakit HIV/AIDS itu sendiri," ungkap Hendra.

Bagi penderita penyakit HIV/AIDS harus meminum obat yang diberikan oleh dokter setiap hari dan tidak boleh terputus seumur hidup. Jarak mengonsumsi obat tersebut berselisih waktu sekitar delapan jam. Selain itu, penderita HIV/AIDS wajib menggunakan kondom ketika berhubungan intim walaupun dia berhubungan dengan sesama penderita HIV/AIDS.

"Bentuk virus setiap orang kan berbeda, jadi kalau berhubungan tanpa kondom akan mengebalkan virus di dalam tubuh. Obat yang dikonsumsi juga harus diganti jenisnya untuk bisa menghambat perkembangan virus di dalam tubuh penderita," KATA Hendra.

Menurut Hendra, kondom adalah salah satu alat utama untuk mencegah penularan HIV/AIDS. Selain itu, bagi pengguna obat-obatan terlarang jangan sampai menggunakan jarum suntik secara bersamaan. Penderita HIV/AIDS sendiri baru bisa teridentifikasi oleh dokter setelah dua sampai tiga tahun penyakit tersebut bersemayam di dalam tubuh. Dengan menggunakan pola hidup sehat dan setia terhadap pasangan dapat menekan pertumbuhan penyakit HIV/AIDS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com