Air hujan juga merendam sejumlah peralatan elektronik yang berfungsi sebagai pengatur otomatis perjalanan kereta rel listrik (KRL). Hal ini membuat perjalanan KRL dipandu secara manual sejak pukul 14.20. Pada pukul 16.40, terjadi longsor di Kilometer 45+500 dan perjalanan kereta antara Stasiun Cilebut dan Bojong Gede menggunakan satu jalur. Akibat longsoran tersebut, empat tiang listrik aliran atas (LAA) miring.
Pukul 17.50, perjalanan KRL Depok-Bogor dibatalkan dan penjualan tiket dari Jakarta hanya sampai Stasiun Depok. Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia Sugeng Priyono mengatakan, longsor itu membahayakan kereta yang lewat. Petugas masih menunggu air surut dari rel.
”Kami tidak tahu seberapa kuat tanah penyangga rel dan ada rel yang menggantung sepanjang 75 meter. Kalau dipaksakan lewat, bisa membahayakan keselamatan penumpang dan perjalanan kereta,” ujar Sugeng.
Perjalanan KRL di lintas Depok/Bogor kemarin sore mengalami keterlambatan akibat kejadian itu. Gangguan kemarin merupakan ketiga kali berturut- turut dalam pekan ini. Gangguan disebabkan faktor alam, baik hujan maupun petir, yang berimbas terhadap kerusakan peralatan perkeretaapian.
Kepala Stasiun Cilebut Samsu belum bisa memastikan berapa lama waktu dibutuhkan untuk memperbaiki longsor di infrastruktur LAA. ”Sementara, penumpang yang hendak melanjutkan perjalanan dan sudah sampai Cilebut, kami sarankan naik angkutan kota,” katanya.
Di Stasiun Besar Bogor, air hujan menggenangi peron, rel, ruang kantor, serta ruang pelayanan karcis dengan ketinggian hingga 5 sentimeter. Air berasal dari depan Stasiun Besar Bogor.
Wakil Kepala Stasiun Besar Bogor FS Budiman mengatakan, genangan disebabkan limpasan air dari jalur pedestrian yang baru selesai dibangun beberapa bulan lalu.
Pengguna KRL kecewa dengan gangguan yang berimbas terhadap pelayanan ini. ”Saya enggak tahu bagaimana ke Citayam. Paling nyambung angkot. Mana jalanan lagi diperbaiki,” ujar Agus Imansyah, pengguna KRL dari Jakarta tujuan Citayam.
Dari Bendung Katulampa dilaporkan, ketinggian air Sungai Ciliwung mencapai 100 sentimeter atau Siaga III banjir pukul 17.00. Air berangsur turun menjadi 80 sentimeter atau Siaga IV banjir pukul 18.00. Namun, diperkirakan air kiriman dari Bogor akan mencapai DKI Jakarta pada Kamis dini hari atau pagi hari sehingga warga di bantaran sungai diminta waspada.
”Pantauan di Panus, Depok, ketinggian air sudah sampai 270 sentimeter atau Siaga III banjir,” kata Andi Sudirman, penjaga Bendung Katulampa.
Selain itu, juga terjadi pohon tumbang di sejumlah ruas jalan di Kota Bogor. Di Jalan Ahmad Yani, mobil angkutan kota tertimpa pohon tumbang, tetapi tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
Ruas jalan utama Gatot Subroto dan MT Haryono di Jakarta Selatan rusak di beberapa lokasi. Beberapa ratus meter sebelum Tugu Pancoran dari arah Semanggi menuju Cawang, jalanan licin berpasir. Lapisan aspal mengelupas dan jalanan menjadi tidak rata.
Beberapa spanduk peringatan perbaikan jalan terpasang di sisi kanan dan kiri jalan. Spanduk itu, di antaranya, bertulis ”Awas, jalan licin berpasir. Di beberapa lokasi ada beda tinggi lapisan aspal dan menyempit”. Saat musim hujan, biasanya jalan-jalan rusak bermunculan. Pada tahun 2010, terdapat 150.000 meter persegi jalan yang rusak.
Untuk menambal jalan, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta menyediakan dana pemeliharaan Rp 80 miliar pada 2009 dan 2010. Dana itu diserahkan kepada pihak ketiga agar dapat langsung memperbaiki tanpa harus menunggu lelang.
Untuk perbaikan jalan secara menyeluruh pada 2010, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta mendapat alokasi Rp 300 miliar. Namun, setelah ratusan miliar melayang untuk perbaikan jalan, kini jalanan Jakarta terbukti rusak lagi.