SEMARANG, KOMPAS
”Kasus stroke di Indonesia
Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2007, 15,4 persen angka kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke. Itu berdasarkan riset dasar, artinya hanya dihitung berdasarkan contoh tertentu. Diperkirakan masih banyak kasus yang tidak terdata, dan jumlahnya terus naik.
Jumat (23/11), bersamaan dengan pembukaan Pertemuan Ilmiah Nasional Stroke 2012 di Kota Semarang, Perdossi bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan akan mencanangkan program Stroke Registry. Mulai 2013, seluruh kasus stroke di RS swasta ataupun pemerintah di Indonesia akan didata secara online dan real time.
Dodik mengatakan, awal 2012 pendataan dimulai di delapan rumah sakit pemerintah di Indonesia, yaitu RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung, RS dr Sardjito Yogyakarta, RS dr Kariadi Semarang, RS dr Sutomo Surabaya, RS Sanglah Bali, RS Adam Malik Medan, dan RS Stroke Nasional Bukittinggi.
Tingginya angka kematian akibat stroke di Indonesia, kata dokter spesialis saraf dari RS dr Kariadi, Retnaningsih, disebabkan banyak faktor, salah satunya keterlambatan penanganan. Rata-rata penderita stroke di Indonesia mendapat penanganan 13 jam setelah serangan. Padahal, penanganan stroke harus dilakukan dalam tiga jam sejak serangan.
Menurut Retnaningsih, masih banyak hal yang perlu dibenahi di Indonesia. Pelayanan kondisi darurat belum ada. Dia membandingkan negara maju yang memiliki emergency medical service (EMS). Hal ini memungkinkan seorang pasien mendapat penanganan sedini mungkin, bahkan sebelum menuju rumah sakit. Selain itu, masih banyak RS belum memiliki fasilitas computed tomography (CT) scan untuk memastikan kasus stroke.
Pertemuan ilmiah nasional stroke yang berlangsung sampai Minggu (25/11) itu akan membahas hal-hal yang perlu dibenahi untuk mencegah dan menangani stroke.