Jakarta, Kompas
”Kampung Rawajati, misalnya, akan menjadi Kampung Herbal. Kampung Protein di Tegal Parang karena di situ banyak perajin tahu tempe. Ada juga Kampung Panggung di Manggarai,” kata Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Kamis (22/11).
Kampung lainnya adalah Kampung Stasiun di Bukit Duri, Kampung Belanja di Poncol, Kampung Kampus di Tomang, Kampung Backpacker di Kebon Sirih, Kampung Tekstil di Kebon Kacang, Kampung Ikan di Penjaringan, dan Kampung CBD di Karet. Kampung Kontainer yang akan dibangun di Jembatan Tiga dibatalkan karena lokasinya di bawah jalan tol dan berbahaya.
Di kampung tematis itu, lanjut Jokowi, rumah kumuh akan diperbaiki, ruang terbuka hijau ditambah, drainase dibenahi, dan perpustakaan kampung dibangun. Kampung tematis itu diharapkan bisa mendukung ciri khas dan pertumbuhan kawasan di sekitarnya.
Kampung Tekstil, misalnya, akan mendukung kawasan Tanah Abang sebagai pusat grosir. Kampung Backpacker mendukung sekitar Jalan Jaksa yang banyak menjadi tujuan wisata.
Jokowi mengatakan, desain 100 kampung itu sudah selesai dibuat. Desain itu dikerjakan oleh para arsitek dan akademisi.
Jokowi juga menjaring aspirasi masyarakat tempat kampung itu akan dibangun. ”Target kami 100 kampung selama satu tahun. Tinggal nanti berapa yang disetujui Dewan (DPRD). Kalau disetujui 50 (kampung), ya bangun 50,” ujarnya.
Total kampung di Jakarta yang akan ditata sebanyak 360 kampung. Menurut Jokowi, jika satu tahun bisa menyelesaikan 100 kampung, dalam waktu setidaknya empat tahun, semua kampung itu bisa ditata.
Sebelumnya, Pemprov DKI berencana merevitalisasi Kampung Betawi Situ Babakan di Jakarta Selatan dan Kota Tua di Jakarta Barat. Guru Besar Antropologi UI, Yasmine Zhaki Shabab, memuji langkah itu.
Meskipun demikian, Yasmine mengingatkan pemprov agar mengutamakan aspek dinamis ketimbang aspek statis.
”Aspek dinamis adalah tumbuhnya komunitas yang kreatif,” ucap antropolog Betawi ini, kemarin.