Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abraham: Ini Sebab Kegagalan Lembaga Antikorupsi

Kompas.com - 26/11/2012, 12:42 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mengatakan, kegagalan lembaga antikorupsi banyak disebabkan oleh tidak adanya dukungan pemerintah atau political will yang cukup. Tekanan dan intervensi membuat badan tersebut tidak bekerja secara maksimal.

Hal ini disampaikan Abraham saat membuka konferensi antikorupsi bertajuk "Principles for Anticorruption Agencies" atau prinsip-prinsip untuk lembaga antikorupsi di Hotel JW Marriot, Jakarta, Senin (26/11/2012). Hadir dalam konferensi tersebut, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie, perwakilan UNDP Beate Trankmann, dan perwakilan ONODC dari Vienna Candice Welsch. Konferensi juga dihadiri perwakilan lembaga antikorupsi di 38 negara.

"Tekanan dan intervensi membuat badan antikorupsi tersebut tidak bekerja secara maksima, seperti yang terjadi pada Nigeria, Mongolia," kata Abraham.

Dia juga mengatakan, selama sepuluh tahun berdiri, KPK sudah melaksanakan fungsi pencegahan dan penindakan maupun supervisi koordinasi seperti yang diamanatkan dalam undang-undang. Meskipun demikian, skor indeks persepsi korupsi Indonesia seperti yang dilansir Transparency International Indonesia, masih rendah.

"Dengan rentang skor 1 hingga 10, di mana skor 2 menunjukkan negara dengan korupsi sangat tinggi dan 10 menunjukkan negara yang dinilai bersih, Indonesia berada pada skor 3 di tahun 2011," ungkapnya.

Bahkan, menurut hasil survei Political and Economic Risk Consultancy yang dilakukan pada 16 negara di Asia Pasifik, Indonesia berada pada peringkat pertama sebagai negara terkorup dengan skor 9,07 dari nilai 10. "Angka ini naik dari 7,69 poin tahun 2009," ujar Abraham.

Tingginya tingkat korupsi di Indonesia ini, menurut Abraham, membawa dampak yang luas dan merusak. Dampak yang ditimbulkan akibat korupsi, lanjutnya, bukan hanya secara ekonomi namun juga secara sosial. Oleh karena itu, Abraham mengatakan, tahun ini KPK serius menganalisa biaya sosial yang harus ditanggung negara akibat suatu tindak pidana koripsi.

"Tujuannya adalah mengetahui sebenarnya dampak dan kerugian yang ditimbulkan oleh tindak korupsi sehingga dapat dihitung seberapa lama dan besarnya hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku yang pada akhirnya mendorong terciptanya efek jera," ucap Abraham.

Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, lembaga antikorupsi tidak bisa sendirian dalam menjalankan tugasnya. Dibutuhkan dukungan dari pemerintah maupun DPR. Marzuki pun mengklaim kalau lembaga parlemen yang dipimpinnya sudah melakukan berbagai upaya untuk memberantas korupsi sesuai kewenangannya.

Adapun konferensi internasional ini merupakan yang pertama untuk berdiskusi mengenai independensi, efektifitas, dan eksistensi lembaga antikorupsi. Konferensi akan berlangsung selama dua hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

Nasional
KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

Nasional
Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Nasional
Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Nasional
Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com