Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Harus Tegas Batalkan Enam Ruas Tol Dalam Kota

Kompas.com - 26/11/2012, 15:03 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah elemen masyarakat yang menolak proyek enam ruas jalan tol dalam kota menggebrak Balaikota DKI untuk menuntut kejelasan sikap Gubernur DKI Joko Widodo terhadap nasib proyek tersebut. Tuntutan mereka tertuang dalam situs petisi online change.org. Penolakan terhadap enam ruas tol dalam kota itu sudah tertuang dalam 3.501 petisi.

"Intinya proyek enam ruas tol dalam kota ini memang kelihatan masih dalam kajian. Tapi, kampanye Jokowi-Basuki sebelum menjadi gubernur sama-sama memprioritaskan transportasi publik dan mereka pernah secara terbuka mengatakan proyek itu seperti merampas hak publik. Itu yang mau diperjelas sekarang," kata pelopor change.org yang juga Aktivis perubahan sosial, Usman Hamid, di Balaikota DKI Jakarta, Senin, (26/11/2012).

Manajer Pengetahuan LSM Satu Dunia Firdaus mengatakan, Jokowi sampai saat ini belum menentukan sikap karena dia belum mendapat presentasi tentang penjelasan terkait proyek enam ruas jalan tol dalam kota.

"Menurut saya, memang banyak kepentingan karena proyeknya Rp 42 trilliun, berbeda dengan transportasi massal yang enggak segitu banyaknya. Lebih baik dialihkan saja ke transportasi massal," kata Firdaus.

Selain itu, ada anggapan jika Jokowi memberhentikan proyek tersebut, proyek yang sudah dicanangkan sejak kepemimpinan mantan Gubernur DKI Sutiyoso itu harus dimulai semuanya dari awal kembali. Peraturan menteri pekerjaan umum dan peraturan gubernur, misalnya, harus diubah.

"Amdalnya saja belum ada. Proyek ini seperti ada yang disembunyikan ke publik," kata Firdaus.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, saat ini rencana pembangunan yang menjadi prioritas Ibu Kota bukannya penambahan jejaring jalan, melainkan pembangunan sarana transportasi massal. Oleh karena itu, Jokowi belum memutuskan berlanjutnya rencana proyek pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota.

"Saya bukan menolak, melainkan memberikan prioritas transportasi massal. Karena kalau kami memberikan prioritas kepada jalan tol, artinya memberikan prioritas kepada mobil sehingga orang makin banyak berbondong-bondong membeli mobil. Prioritasnya transportasi massal, bukan jalan lagi," katanya.

Menurut Jokowi, hingga saat ini rencana proyek pembangunan enam ruas jalan tol tersebut belum dipaparkan kepadanya sehingga dia tidak mengetahui secara detail mengenai pembangunan tersebut.

"Gambarnya saja saya belum mengerti, dari mana ke mana saja belum mengerti, jalan tolnya seperti apa belum dipresentasikan. Saya ngomong bolak balik, no people no car," kata mantan Wali Kota Solo tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya, pembangunan enam ruas jalan tol dibagi empat tahap yang rencananya selesai pada 2022. Tahap pertama, ruas Semanan-Sunter sepanjang 17,88 kilometer dengan nilai investasi Rp 9,76 triliun dan Koridor Sunter-Bekasi Raya sepanjang 11 kilometer senilai Rp 7,37 triliun.

Tahap kedua, Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 11,38 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,96 triliun dan Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,65 kilometer senilai Rp 6,95 triliun.

Tahap ketiga, koridor Ulujami-Tanah Abang dengan panjang 8,27 kilometer dan nilai investasi Rp 4,25 triliun. 

Tahap terakhir, Pasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,56 kilometer dengan investasi Rp 5,71 triliun. Jika sudah selesai, keenam ruas tol itu akan menjadi satu dengan tol lingkar luar milik PT Jasa Marga Tbk tapi tarifnya akan terpisah dengan tol lingkar luar.

Berita terkait dapat diikuti di topik :

100 HARI JOKOWI-BASUKI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com