Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternak Sapi Lokal Kritis

Kompas.com - 30/11/2012, 05:51 WIB

Malang, Kompas - Ketergantungan pada impor daging cenderung mendorong kelalaian pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan serta mengembangkan bibit ternak lokal. Hal ini menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga daging akhir-akhir ini.

Bibit ternak lokal tetap penting meskipun dunia peternakan melakukan hibridisasi atau impor sapi sebab indukan lokal merupakan dasar ketahanan pasokan pangan protein masyarakat karena lebih tahan pada kondisi lingkungan.

Demikian penjelasan Guru Besar Pemuliaan Ternak Sapi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang, Prof Dr Luqman Hakim, di Malang, Kamis (29/11).

”Situasi peternakan dan pasar daging sapi kita ibarat kita tak pernah menjahit pakaian sendiri dan terbiasa membeli baju langsung jadi di toko. Ketika baju langsung jadi impor di toko itu mahal, kita sudah telanjur kehilangan kemampuan menjahit pakaian sendiri. Ini karena sapi lokal kita yang berukuran kecil dan berwarna putih tak lagi diurus, dibina, dan dikembangkan, sementara kita hanya menikmati jenis-jenis sapi dan daging sapi bule impor yang memang lebih segala-galanya dibandingkan sapi lokal,” katanya.

Padahal, ternak pedaging dan perah (susu) lokal, termasuk sapi, kambing, dan domba, sesungguhnya tetap penting sebagai sumber penyanggaan ketahanan pangan mandiri berbasis sumber genetika lokal. Selama ini pemerintah daerah setempat dan masyarakat peternak setempat sudah menjadi malas mengembangkan ternak lokal karena kecepatan pertumbuhannya memang rendah, sementara harganya memang tidak menarik.

Sementara itu muncul sinyalemen bahwa perburuan sapi pedaging akibat kelangkaan daging mulai mengancam kelangsungan peternakan sapi perah dibenarkan antara lain oleh Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia Jawa Timur Sulistyanto. Peningkatan harga 20-30 persen membuat pedagang sapi perah tidak hanya melepas sapi perah betina tidak produktif yang telah tua, tetapi juga tergoda melepas sapi perah betina produktif.

Sulistyanto mengungkapkan, pihaknya mencemaskan bakal berkurangnya sapi perah betina produktif bisa mengganggu atau mengancam produktivitas susu sapi di Jawa Timur.

Sementara itu kuota impor daging tahun 2013 disepakati sebanyak 80.000 ton. Jumlah tersebut turun dibandingkan dengan kuota pada tahun ini, yakni sebanyak 85.000 ton. Pengurangan kuota tersebut sejalan dengan program swasembada daging.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta, mengatakan bahwa kuota impor daging tersebut adalah 12 persen dari total kebutuhan daging sepanjang tahun 2013.

”Total populasi sapi kita ada 2,4 juta ekor. Kita masih kurang 12 persen lagi atau sekitar 80.000 ton setara daging,” katanya.

Di Nusa Dua, Bali, Menteri Pertanian Suswono meminta para pemegang konsesi turut berperan menjaga ketahanan pangan nasional. Pemegang konsesi, seperti pengusaha perkebunan dan kehutanan, bisa berternak sapi sambil menanam tanaman pangan di lahan mereka demi mendukung produksi pangan nasional.

(ENY/HAM/WIE/ODY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com