Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Bakso Alami Krisis Kepercayaan Diri

Kompas.com - 14/12/2012, 19:36 WIB
Firly Anugrah Putri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah tempat penggilingan bakso di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara terbukti menggunakan campuran daging babi untuk bahan dasar pembuatan bakso. Akibatnya, sejumlah pedagang yang menjual bakso murni daging sapi justru mengalami krisis kepercayaan diri untuk berdagang. Omzet mereka juga menurun karena sepi pembeli.

Hanafi (27), seorang pedagang bakso Rudal di Jalan Raya Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, mengatakan, akibat penemuan tempat penggilingan daging bakso yang dicampur babi, kios bakso miliknya sempat tutup selama tiga hari. Saat itu dirinya merasa pembeli tidak ada yang mau mengonsumsi bakso karena informasi soal bakso berbahan daging oplosan telah menyebar luas.

"Sejak habis tutup tiga hari, sekarang-sekarang ini bakso cuma laku sekitar 10 porsi. Itu juga sudah syukur, biasanya itu bisa jual sampai sekitar 70 porsi. Konsumen pada takut katanya makan bakso takut dicampur daging babi," kata Hanafi kepada Kompas.com, Jumat (14/12/12).

Ia mengatakan, meski di Jakarta Timur tidak ditemukan penggilingan bakso yang menggunakan daging babi, masyarakat tetap takut untuk makan bakso. Menurut Hanafi, dirinya lebih baik mengedepankan mutu dan menjaga rasa daripada harus merugikan konsumen. Ia juga tak menaikkan harga bakso yang dibuatnya.

"Saya tetap tidak menaikkan harga per porsi bakso besar Rp 11.000, kalau bakso kecil Rp 6.000. Ya, keadaan begini, mau gimana lagi. Jualan itu, kan, ada risikonya, saya harus siap berani hadapin risikonya kalau omzet jadi menurun karena informasi bakso yang dicampur daging babi," katanya.

Hanafi menjual bakso yang ia buat sendiri. Dia tahu betul bagaimana menjaga mutu baksonya dan jika pembeli bertanya, dengan tegas Hanafi akan menjawab bahwa baksonya murni menggunakan daging sapi dan ia kelola sendiri. Menurut dia, bakso yang dicampur babi itu karena stok daging sapi yang tidak mencukupi dan harganya masih mahal, berkisar Rp 90.000 per kilogram.

Serupa dengan Hanafi, Semo (46), pedagang mi ayam dan bakso di Kampung Dukuh, Kramat Jati, Jakarta Timur, mengatakan bahwa saat ini omzet penjualan baksonya menurun. Hal itu disebabkan informasi yang didapat masyarakat mengenai bakso yang dicampur daging babi. Karena pendapatan dari penjualan bakso berkurang, Semo hanya mengandalkan keuntungan penjualan dari mi ayam.

Ia mengatakan, bakso yang dia jual itu merupakan buatan sendiri. Hanya saja, masyarakat banyak yang takut makan bakso karena informasi yang beredar saat ini. Hanafi dan Semo berharap tidak ada lagi oknum-oknum jahat yang mencampur bakso dengan babi. Menurut mereka, itu dapat merugikan sejumlah pedagang bakso yang jujur. Selain itu, Hanafi juga berharap masyarakat percaya masih banyak pedagang yang mengutamakan mutu dan tidak takut mengonsumsi bakso.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com