Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Natal "Mendarat" di Merapi

Kompas.com - 21/12/2012, 20:07 WIB

Aneka bibit pertanian itu, akan diberkati romo pada misa malam natal di tempat tersebut untuk selanjutnya ditanam di lahar pertanian masing-masing umat di kawasan Merapi.

Pemimpin umat Katolik Gereja Paroki Santa Maria Lourdes Sumber, Romo Yoseph Nugroho Tri Sumartono, mengatakan umat setempat mengemas misa malam natal dengan tema "Thukule Wiji Kang Pinilih" (Benih terpilih yang tumbuh, red).

Tema itu sesuai dengan alam kehidupan sehari-hari umat kawasan Gunung Merapi dengan lingkungan pertaniannya. Hal itu agaknya diwujudkan umat dengan pembuatan gua natal menggunakan berbagai bibit pohon.

Mereka memaknai Yesus yang lahir dan dirayakan sebagai Hari Natal itu sebagai bibit pertanian yang ditanam Allah untuk tumbuh serta memberikan harapan kehidupan bahagia manusia."Kedatangan Putra Allah (Yesus Kristus, red), ibarat Allah menanam benih pengharapan dalam iman umat yang petani di Merapi ini. Betapa Allah Bapa mencintai umat-Nya. Dia mengutus Putranya turun dari surga, tertanam dalam hati umat di bumi, untuk menebus dosa-dosa manusia," kata Romo Nugroho dalam bahasa Jawa.

Umat Katolik di kawasan timur Gunung Merapi di Gereja Paroki Kebonarum, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, juga menyiapkan perayaan Natal berbasis ekologinya.

Mereka akan merayakan hari kelahiran Yesus melalui misa kudus pada 25 Desember 2012 di tempat yang dinamai "Griya Budaya Merapi Timur", Dusun Tangkil Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

Saat ini, umat setempat juga sedang menyiapkan gua natal yang berbeda dengan kelaziman nya. Mereka membuat gua natal antara lain dari rajutan  bambu dengan berbagai instalasi dari dedaunan seperti  "klaras" (daun pisang), "blarak" (kelapa), dan "klobot" (jagung). Selain itu, instalasi dari ratusan kendi, kurungan ayam, dan alat-alat pertanian.

Setelah misa natal, mereka akan santap bersama dan menggelar pementasan berbagai kesenian seperti jatilan dan monolog natal.

Pada ibadat Natal tahun ini, mereka fokus untuk refleksi terhadap kedalaman makna air hujan, sehingga tema yang diangkat adalah "Ngajeni Banyu Udan" (Menghargai air hujan, red.) Tak hanya dalam masa Natal 2012 kawasan setempat diguyur hujan, namun setiap Desember memang telah masuk musim hujan.

"Untuk tahun ini, umat merintis perayaan Natal dengan menggunakan air hujan yang makna edukasinya untuk mengangkat kearifan lokal Merapi Timur, karena sehari-hari masyarakat setempat menggunakan air hujan," kata Kepala Gereja Paroki Kebonarum, Romo Vincentius Kirjito.

Masyarakat kawasan setempat memanfaatkan air hujan untuk berbagai keperluan antara lain peternakan, peternakan, dan rumah tangga.

Hari-hari menjelang puncak Natal ini, kata Kirjito yang juga budayawan di kawasan Merapi timur itu, umat di rumah masing-masing "menuai" air hujan secara langsung, yang jatuh dari langit (bukan dari genting dan talang), dengan menggunakan kendi.

Romo yang memimpin misa natal, akan memberkati air hujan yang telah ditampung dalam kendi-kendi, setelah dikirab oleh umat dengan iringan tembang dan tabuhan gamelan serta terbangan.

Kirab tersebut mengelilingi dusun setempat yang mengitari "Griya Budaya Merapi Timur". Prosesi yang mereka namai "Kirab Gejug Udan" dengan melibatkan 75 anak itu dengan kurator seniman setempat Agus Bima.

"’Kuwi apa kuwi. E kembange pandan. Ayo dha memuji, ngundhuh banyu udan. Nganggo banyu udan, iku kanugrahan. Gunung Merapi, gagah luhur, sumber penguripan. Kuwi apa kuwi, e kembang e melati. Sing tak puja-puji, aja dha korupsi. Merga yen korupsi, rakyate dha rugi. Piye ta kuwi, ya ngono, ngono-ngono kuwi’," demikian tembang berbahasa Jawa yang akan menjadi pengiring prosesi tersebut.

Kira-kira syair tembang Jawa itu maksudnya sebagai pujian kepada Tuhan atas anugerah air hujan yang turun di kawasan Gunung Merapi dan harapan mereka agar negeri ini bersih dari praktik korupsi.

"Ini ungkapan syukur atas air hujan yang diberikan Allah. Pemaknaanya bahwa Yesus hadir di bumi yang 70 persennya air. Yesus menjadi ’sahabat air’, termasuk air hujan" kata Kirjito.

Umat Katolik di kawasan Gunung Merapi, sepertinya mendaratkan pemaknaan Natal yang tak lepas dari lingkungan kehidupan alam dan kearifan lokalnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com