Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Dikepung Kemacetan Parah

Kompas.com - 23/12/2012, 02:19 WIB

Jakarta, Kompas - Sejak Jumat siang hingga Sabtu (22/12) malam, Jakarta dikepung kemacetan cukup parah. Kemacetan tidak hanya terjadi di jalan-jalan arteri, tetapi juga di sejumlah jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Bahkan, di tol dalam kota dan Tol Lingkar Luar Jakarta pun terjadi kemacetan.

Upaya pembersihan drainase di sejumlah wilayah di DKI Jakarta selama Oktober-November tampaknya tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Air akibat hujan deras yang mengguyur Jakarta tidak bisa ditampung di drainase yang ada. Air pun melimpas keluar drainase dan menggenangi badan jalan.

Akibatnya, terjadi genangan di banyak tempat dan menimbulkan kemacetan di wilayah Jakarta. Sabtu, pukul 10.00, masih terjadi kemacetan di Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR). Kemacetan sudah terasa sejak pintu Tol Pondok Indah menuju Jatiwarna.

Padahal, sejak Jumat sore, arus lalu lintas di JORR yang menuju Cikampek sudah macet. Kecepatan kendaraan tidak lebih dari 5 kilometer per jam.

”Saya tertahan lebih dari satu jam di pintu Tol Cikarang ke arah Jakarta,” ujar Syahganda Nainggolan, Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang- Merauke Circle, yang kebetulan melintas di sana.

Satu jam kemudian, sekitar pukul 00.30, Syahganda belum bisa beranjak jauh. ”Banyak truk yang parkir di bahu jalan tol. Kok, truk-truk itu tidak ditertibkan, ya,” ujarnya.

Kanal Barat meluap

Luapan air dari Kanal Barat menyebabkan banjir di sejumlah lokasi di Jakarta, kemarin, setelah Sabtu siang Jakarta kembali diguyur hujan. Selain merendam permukiman, air juga menggenangi rel dan sejumlah jalan protokol. Kemacetan di sejumlah simpul penting pusat kegiatan warga pun tak terelakkan, seperti di Bundaran Hotel Indonesia dan seputar Istana Negara.

Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah mengatakan, puncak luapan air terjadi pukul 15.00. ”Ini karena intensitas hujan tinggi sehingga debit air Ciliwung meningkat dan terjadi luapan, antara lain di Kanal Barat,” ucapnya.

Dia mengatakan, petugas di lapangan terus mengoperasikan pompa air untuk menyedot air dari jalan atau permukiman ke saluran air. Namun, karena air di Kanal Barat lebih tinggi ketimbang di darat, air pun terus melimpas.

Salah satu imbas kejadian ini adalah lumpuhnya perjalanan KRL lingkar Jakarta sejak sore hingga malam hari. Pasalnya, limpasan air dari Kali Ciliwung merendam rel sampai 13 sentimeter di Stasiun Sudirman sepanjang sekitar 400 meter. Kondisi ini tidak memungkinkan kereta melintas. Padahal, Stasiun Sudirman merupakan simpul perjalanan KRL lingkar Jakarta.

Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia Daop I Mateta Rijalulhaq mengatakan, KRL dari Bogor dan Depok tujuan Stasiun Jatinegara hanya berhenti sampai Stasiun Manggarai karena tidak bisa melanjutkan perjalanan. Perjalanan KRL Commuterline Tanah Abang-Serpong dan sebaliknya juga tertahan.

Tuti (32), salah seorang penumpang KRL Commuterline yang tertahan di Stasiun Kebayoran Lama, mengaku menunggu satu jam lebih di dalam KRL Commuterline di stasiun itu. ”Saya mau ke Tanah Abang, tetapi setibanya di Stasiun Kebayoran Lama kereta dimasukkan ke jalur tiga dan berhenti. Akibatnya, saya sulit untuk turun dari kereta karena jalur tiga ini emplasemennya tidak ada. Namun, kalaupun bisa turun, di luar kereta hujan cukup deras, jadi saya pasrah menunggu di dalam kereta yang berhenti itu,” ujarnya.

Selain genangan, sebuah pohon pinus tumbang dan sempat menutup rel layang antara Stasiun Cikini dan Gondangdia, pukul 15.30. Akibatnya, kedua rel tidak bisa dilewati kereta tujuan Stasiun Gambir atau Stasiun Jakarta Kota. Kedua rel baru kembali normal dan bisa dilewati kereta sekitar pukul 17.30.

Di Kelurahan Petamburan, Jakarta Pusat, banjir melanda tujuh RW. Lurah Petamburan Eddy Syamsuddin mengatakan, ketinggian air mencapai 30 sentimeter hingga 100 sentimeter.

”Air di Kanal Barat lebih tinggi ketimbang perumahan warga. Kondisi ini menyulitkan kerja pompa air. Karena itu, air masuk ke rumah warga sejak pukul 16.00. Sampai sekarang belum surut. Namun, kami tetap mengoperasikan pompa air,” ucap Eddy saat dihubungi pukul 19.00.

Banjir juga melanda rumah warga di RW 006 dan 007 Kelurahan Cideng serta Jalan Batu Tulis 1-10 Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir. Camat Gambir Bayu Megantara mengatakan, ketinggian air sekitar 20 cm di kedua kelurahan itu.

Bayu menambahkan, genangan air juga terjadi di Jalan Medan Merdeka Timur setinggi 30 sentimeter. ”Genangan terjadi karena intensitas hujan sangat tinggi sehingga air tidak tertampung di saluran air,” ujarnya.

Di Jakarta Selatan, hujan deras sejak pukul 15.00 mengakibatkan kepadatan lalu lintas di beberapa titik. Jalan Kahfi 2, Jagakarsa, hingga Lenteng Agung padat di kedua sisi sehingga kendaraan yang melintas harus berjalan perlahan. Perjalanan yang dalam kondisi normal ditempuh tidak lebih dari 15 menit, kemarin memakan waktu hingga 45 menit. 

Kepadatan lalu lintas juga terlihat sejak pintu masuk Tol Lenteng Agung hingga pintu keluar Tol Lebak Bulus. Lajur jalan tol terisi penuh oleh kendaraan. Kendaraan hanya bisa dipacu 30-40 kilometer per jam. Jalur yang berlawanan arah terlihat tidak bergerak. 

Memasuki arteri Pondok Indah menuju Gandaria, lalu lintas juga cukup padat dengan kecepatan 30-40 km per jam. Sepeda motor yang biasanya bergerak leluasa pun kesulitan melintas. 

Kemacetan panjang juga terjadi saat memasuki kawasan Patal Senayan sekitar pukul 17.30. Kendaraan roda empat dan roda dua terjebak macet yang cukup panjang meski hujan sudah berhenti. Hingga pukul 20.00, kemacetan panjang masih terjadi di kawasan ini, sementara arah sebaliknya menuju Gandaria terpantau lancar.

”Jalanan hari ini padat sekali. Saya tadi berangkat dari Depok pukul 16.00. Kena macet di Patal Senayan lumayan panjang, tapi arah balik menuju Gandaria, sih, lancar,” ujar Susilo (33).

Katulampa

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran resmi, menyebutkan, hujan deras yang terjadi di sekitar Puncak dan Bogor menyebabkan debit Kali Ciliwung naik. Pada Sabtu pukul 16.18, ketinggian debit Kali Ciliwung di Bendung Katulampa terukur 110 cm sehingga masuk Siaga III. 

Batasan normal ketinggian debit di Bendung Katulampa berada pada posisi 50 cm. Siaga IV ketinggian 60-80 cm, Siaga III 80-150 cm, Siaga II 150-200 cm, sementara Siaga I ketinggian di atas 200 cm. 

Masyarakat di sepanjang bantaran Kali Ciliwung diminta siaga. Apalagi jika di daerah Bogor, Depok, dan Jakarta hujan deras. Air dari Katulampa akan mencapai Depok dalam empat jam dan tiba di Manggarai sekitar 11 jam kemudian.

Sementara itu, seorang pengunjung Taman Wisata Matahari di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tewas akibat terseret air bah Kali Ciliwung saat sedang mengikuti permainan arung jeram sekitar pukul 14.30.

”Air bahnya menyapu satu perahu,” kata Amir, juru bicara Soar Rafting, pengelola arung jeram di Taman Wisata Matahari, saat ditemui di lokasi. (WIN/MAM/DOE/ART/GAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com