Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah RI Alami Koma di RS

Kompas.com - 04/01/2013, 03:14 WIB

Jakarta, Kompas - Siswi kelas V SD di Pulogebang, Jakarta Timur, berinisial RI (11), mengalami kerusakan serius pada organ intimnya yang diduga akibat kekerasan seksual. Kini, bocah malang itu koma dan dirawat di ruang ICU gedung Wijaya Kusuma, RSUP Persahabatan, Jakarta Timur.

Kondisi RI, anak dari keluarga pemulung sampah ini, sejak masuk instalasi gawat darurat (IGD) RSUP Persahabatan pada tanggal 29 Desember hingga Kamis (3/1) malam terus menurun. Selama dirawat di ruang ICU, pernapasan RI dibantu dengan ventilator. Suhu tubuhnya juga tinggi, mencapai 39 derajat celsius.

Ibu korban, Asri (50), mengungkapkan, dia dan suaminya, Sunoto (54), baru mengetahui bila RI mengalami kerusakan parah pada organ intimnya saat diperiksa di IGD RSUP Persahabatan akibat mengalami kejang- kejang dan tak sadarkan diri.

”Saat di IGD itu baru ketahuan alat kelaminnya luka parah, sampai kelihatan infeksi serius,” katanya. saat ditemui di RSUP Persahabatan.

Kejang-kejang

Sepekan sebelum dibawa ke IGD RSUP Persahabatan, RI mengalami panas tinggi, muntah-muntah, hingga kejang. Bocah itu sempat dibawa orangtuanya berobat satu kali ke puskesmas dan dua kali ke dokter, tetapi tak juga pulih. Hingga dibawa ke IGD RSUP Persahabatan, RI pun kehilangan kesadarannya dan hingga kini koma.

Sejak dirawat di RSUP Persahabatan, kata Asri, beberapa teman RI di sekolahnya mengungkapkan ada seorang guru yang memiliki perilaku menciumi siswi-siswi di kala jam istirahat. ”Guru itu sering cium-ciumin anak-anak perempuan di sekolah,” kata Asri menirukan laporan teman-teman RI.

Secara klinis, menurut Direktur Utama RSUP Persahabatan dr Prianti Soepandi SPP(k), organ intim RI diketahui mengalami luka parah ketika tim medis memberikan obat antikejang lewat duburnya. ”Saat itu diketahui ada luka pada kemaluannya,” tuturnya.

Sejak masuk IGD hingga dirawat di ICU, lanjut Prianti, kondisi kesehatan RI terus menurun dengan kemampuan bernapas sangat rendah. Tim dokter pun melakukan tindakan dengan membuat RI tak sadar atau somnolen sehingga bisa dipasang ventilator.

Namun, kata Prianti, tim dokter masih belum mengetahui penyebab pasti kondisi kesehatan RI terus menurun. ”Saat ini kami berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkan pasien. Untuk itu, seluruh biaya pengobatan RI ditanggung RS sehingga tidak membebani keluarga,” ujarnya.

Menurut dr Muhamad Ikbal SpOG, salah satu dokter yang menangani RI, luka pada kemaluan RI tergolong sudah lama. ”Luka itu bukan luka segar, tetapi sudah lama seperti luka borok.”

Namun, Ikbal tak bersedia memberikan penjelasan lebih lanjut terkait kerusakan pada organ intim RI. ”Saya tidak berhak menjelaskan hal ini kepada khalayak umum, karena yang bersangkutan pun belum sadarkan diri. Saya hanya bisa menjelaskan kepada keluarganya,” katanya.

Gerakan kemanusiaan

Komisioner Komnas Perempuan Sri Nurherwati mengatakan, kepekaan lingkungan terhadap korban kekerasan seksual masih lemah. Kondisi itu mengakibatkan korban terlambat diketahui kondisinya.

”Setelah kondisi korban memburuk, baru lingkungan menyadari kalau ada korban kekerasan seksual,” kata Nurherwati, Kamis (3/1), di Jakarta.

Kasus yang dialami RI ini pun merupakan bagian dari gambaran belum tertanganinya kasus- kasus kekerasan seksual pada anak. Apalagi kasus ini umumnya terjadi pada kalangan ekonomi lemah.

Seperti dituturkan Asri, sesungguhnya dia tahu ada perubahan sikap pada putrinya, dua bulan terakhir. Namun, dia tak menaruh curiga. Sejak dua bulan itu ditemukan bercak-bercak darah pada pakaian dan celana RI, sementara RI belum haid. ”Di rok putihnya pernah ditemukan bercak darah. Saya kira itu darah bekas sesuatu karena duduk sembarangan,” katanya.

Sebulan belakangan, lanjut ibu enam anak ini, hampir setiap hari RI mencuci pakaian dalamnya sendiri. ”Setiap kali selesai mencuci pakaian dalamnya, dia hanya bilang ke saya kalau celananya tinggal dijemur. Dari celananya itu masih ada bekas bercak darahnya,” tutur Asri.

Berkenaan dengan adanya kasus itu, kata Nurherwati, dibutuhkan gerakan kemanusiaan untuk melindungi perempuan dari kekerasan seksual. ”Kepedulian orang atas perikemanusiaan ini yang masih harus digugah agar tak terulang lagi kekerasan seksual,” katanya. (rts/art/nel/mdn)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com