Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Stasiun Pondok Cina Tolak Disebut PKL

Kompas.com - 06/01/2013, 15:09 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Pemilik kios yang terancam akan ditertibkan oleh PT KAI di Stasiun Pondok Cina  menolak disebut sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL). Menurut mereka, istilah PKL hanya ditujukan untuk pedagang yang tidak memiliki izin dan tidak memiliki tempat sendiri.

"Kita di sini bukan PKL tapi kios. Kalau dibilang PKL kesannya liar. Kios dibangun oleh PT KAI dan kami membeli. Jadi kami punya hak atas bangunan walau tanahnya sewa," terang Yayuk,  salah seorang perwakilan dari pedagang, Minggu (6/1/2013).

Yayuk mengatakan bahwa berdagang merupakan satu-satunya sumber penghidupan bagi keluarga mereka. Dari berdagang mereka membiayai hidup sehari-hari dan biaya sekolah anak-anak mereka.

"Mereka (pedagang) tidak punya lagi sumber penghasilan lain selain berdagang. Harusnya pihak PT KAI mempunyai tanggung jawab sosial. Jika nanti digusur, apa mereka harus turun ke jalan dan mengemis?" tutur Suma,

Para pedagang juga mengatakan bahwa selama ini selalu membayar sewa dan mentaati semua peraturan yang ditetapkan oleh PT KAI. Untuk itu, mereka meminta agar PT KAI mau memberi mereka kesempatan berdialog dan tidak asal main gusur.

"Kita selalu mentaati peraturan yang mereka buat, kita disuruh beli kios kita turutin, kita disuruh bayar (sewa) kita turutin, jadi kenapa uang kita mereka mau tapi sekarang orangnya digusur. Kalau digusur, ke mana sumber pendapatan," tambah Yayuk, perwakilan pedagang yang lain.

Dalam kesempatan tersebut, pedagang juga membantah kabar yang mengatakan kehadiran mahasiswa untuk memperkeruh suasana. Justru kehadiran mahasiswa murni karena aksi keprihatinan terhadap mereka.

"Mahasiswa tidak menunggangi tapi apa yang mereka lakukan ini murni didasarkan sebagai bentuk keprihatinan," kata Suma.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com