Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Waswas di Samping Tanggul

Kompas.com - 19/01/2013, 16:56 WIB
Sandro Gatra

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com - Hidup penuh kekhawatiran. Begitulah pengakuan beberapa warga Perumahan Pondok Permai, Jati Rasa, Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat, ketika berbincang-bincang dengan Kompas.com, Sabtu (19/1/2013).

Perumahan itu terendam banjir. Tak tanggung-tanggung, ketinggian air mencapai 3 meter. Rumah di tiga rukun warga (RW), yakni RW 8, 9, dan 10 terendam. Ada 1.600 keluarga tinggal di daerah itu.

Kompleks perumahan berdampingan dengan sungai yang airnya berasal dari Cileungsi dan Cikeas. Agar air tak meluap, dibangun tanggul setinggi sekitar 2,5 meter dan lebar sekitar 1,2 meter.

Namun, pada Jumat (19/1/2013) pukul 6.30 WIB, tanggul tak mampu lagi menampung air hingga akhirnya luber. Kondisi itu diperparah setelah tanggul di RT 2/RW 8 pun jebol lantaran konstruksinya tak kuat menahan derasnya arus air. Luberan semakin deras layaknya tsunami.

Siti (45), warga RT 4/RW 8 bercerita, ia dan keluarganya selalu was-was selama musim hujan. Ia tak khawatir dengan hujan yang mengguyur perumahan itu, namun khawatir dengan air yang mengalir di sungai.

"Kalau hujan biasa, di sini enggak banjir. Banjirnya selalu kalau air sungai luber. Kalau jebol lebih parah, kaya sekarang," kata Siti.

Siti mengaku seminggu terakhir selalu was-was ketika malam hari datang. Salah satu anggota keluarganya harus selalu mengecek kondisi sungai. Jika ketinggian air sudah mendekati tanggul, mereka harus gerak cepat menyelamatkan diri dan barang-barang.

"Sudah seminggu kita bolak-balik naikin barang ke lantai dua rumah. Kalau aman turunin lagi. Kemarin lah akhirnya kejadian," cerita Siti sambil membersihkan halaman rumahnya yang penuh lumpur.

Untuk diketahui, banyak warga sekitar yang merenovasi rumahnya menjadi dua lantai. Langkah itu sebagai antisipasi banjir, terutama siklus lima tahun. Pengakuan warga, banjir serupa pernah terjadi tahun 2002 dan 2007.

Sumiati (52) warga RT 5/RW 8 mengaku hal yang sama. "Pas mendung, hujan deras, kita was-was. Siap-siapin barang," kata dia.

Banjir tahun ini, Sumiati hanya bisa menyelamatkan satu kasur dan sebagian pakaian lantaran cepatnya air datang. Kasur dan pakaian itu disimpan di sisa plafon di belakang rumah. "Itu aja yang selamat. Lainnya habis semua," katanya.

Siti dan Sumiati mengaku sulit untuk pindah rumah lantaran sudah sekitar 20 tahun tinggal di sana. Mereka hanya ingin agar pemerintah segera memperbaiki tanggul yang jebol.

"Kita minta sederhana, tanggul diperbaiki. Kalau renovasi tolong yang benar, yang kuat supaya jangan jebol terus. Kita ingin hidup tenang," kata Siti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com