Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Anissa: Bagaimanapun Sopir Angkot Bersalah

Kompas.com - 13/02/2013, 22:07 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keluarga almarhumah Anissa Azward, mahasiswi Universitas Indonesia yang tewas setelah melompat dari angkutan kota, menyadari kesalahan tidak dapat ditimpakan sepenuhnya pada pengemudi angkot U-10 (Angke-Sunter), Jamal bin Jamzuri (37). Meski demikian, keluarga menilai ada unsur kesalahan yang dilakukan sopir tersebut.

"Kami sadar mungkin sopirnya tidak sengaja membawa Nissa putar-putar. Tapi, bagaimanapun dia bersalah karena melanggar aturan," kata Wendi Bahar, paman Anissa, saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Jalan Pademangan IV, RT 11 RW 01, Pademangan Timur, Jakarta Utara, Rabu (13/2/2013).

Wendi mengatakan, dia sempat bercakap-cakap dengan Jamal. Dari percakapan itu, diketahui bahwa Jamal tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), KTP, dan tidak memiliki kartu identitas sopir. Selain melanggar Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Jamal dinilai melanggar aturan bagi pengemudi angkutan umum, khususnya yang diatur dalam Keputusan Menteri Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum. Pada Pasal 38 disebutkan bahwa pengemudi kendaraan umum wajib mengenakan seragam perusahaan yang dilengkapi dengan nama perusahaan dan kartu identitas.

"Kami juga tidak berharap dia dihukum seberat-beratnya. Tapi, tentu ada pelanggaran yang menyebabkan Nissa mengambil keputusan fatal," kata Wendi.

Pria yang berprofesi sebagai penjahit pakaian itu mengatakan, keponakannya sudah sangat sering datang ke rumahnya. Rute yang ditempuhnya selalu sama, yakni menumpang KRL dari Depok ke Stasiun Jakarta Kota, kemudian menumpang angkot U-10 dari Stasiun Kota menuju rumahnya. Oleh karena itu, Wendi berpendapat kecil kemungkinan terjadi kekeliruan pada diri Nissa.

"Kadang dia naik kereta malam, tetap sampai ke sini kok, enggak ada masalah," kata Wendi.

Anissa diduga telah memilih angkot U-10 yang sedang bergerak ke arah berlawanan dengan tujuan yang diinginkannya. Seharusnya, Nissa menumpang angkot yang mengarah ke Sunter. Namun, saat kejadian pada Rabu (6/2/2013), ia diduga menumpang angkot yang mengarah ke Angke. Alhasil, ia kemudian dibawa ke arah yang tidak dikenalinya.

"Seharusnya, sopirnya nanya ke penumpang, mau ke mana. Kalau dibiarkan penumpangnya kebingungan, tanggung jawabnya tetap sama sopirnya," kata Wendi.

Jamal kemudian membawa mobilnya melintasi Tanah Pasir, Penjaringan. Untuk menghindari kemacetan, ia akhirnya memilih keluar dari jalur trayek U-10. Karena sudah keluar dari trayek, Jamal pun tidak berani mengangkut penumpang. Jika ia menerima penumpang di luar rutenya, maka hal itu bisa memancing pengemudi lain yang melayani jalur tersebut. Alhasil, untuk waktu yang cukup lama, Anissa hanya sendirian di dalam angkot di wilayah yang masih asing baginya.

Menurut Wendi, kondisi ini semakin menambah ketakutan pada diri keponakannya. Angkot kemudian diarahkan Jamal melalui jalur cepat dan melintasi flyover dari arah Jembatan Lima menuju Asemka. Saat itulah Anissa yang ketakutan memutuskan untuk melompat dari angkot. Dalam keadaan terluka parah di bagian kepala, Anissa diantar ke RS Atmajaya, Pluit. Keesokan harinya ia dipindahkan ke RS Koja. Mahasiswi semester IV Fakultas Ilmu Keperawatan UI itu mengembuskan napas terakhir pada Minggu (10/2/2013).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com