Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikin Trotoar Saja Kok Susah

Kompas.com - 17/02/2013, 12:30 WIB
Abun Sanda

Penulis

KOMPAS.com - APA yang disukai kalau main ke Tokyo? Jawaban bisa sangat beragam, bisa untuk shopping, sekadar traveling atau bisnis. Bisa juga karena suka berjalan kaki.

 

Syarif Muhammad, pebisnis mobil mewah dengan harga di atas Rp 2 miliar per unit, menuturkan kepada Kompas.com bahwa ia ke Tokyo karena suka berjalan kaki di salah satu kota terbesar dan terpadat penduduknya di dunia itu. Aktivitas lain, menemani istrinya berbelanja di distrik bisnis yang sangat masyhur, Ginza.

 

Mengapa jalan kaki? Syarif menuturkan, trotoar Tokyo bisa masuk dalam kategori salah satu trotoar terbaik sejagat. Ia bukan saja lebar, antara lima sampai 18 meter, tetapi juga amat bersih. "Jangankan berjalan, tiduran di trotoar itu juga tidak apa-apa saking bersihnya," tutur Syarif Muhammad setiba di Jakarta dari Tokyo, Minggu (17/2/2013). Kalau tinggal di Tokyo sekitar 15 hari, badan rasanya sehat luar biasa karena pagi, siang, sore dan malam berjalan kaki. Berkeringat dan bernafas di udara yang relatif bersih.

 

Ia mengatakan, otoritas Kota Tokyo sangat royal menggunakan material. Ada trotoar yang terbuat dari granit, marmer, aspal dan sebagian lagi beton. Asyiknya semua dalam kondisinya yang amat resik.

 

Suatu hari, Kompas.com mencoba membuktikan pujian publik dunia tentang trotoar di Tokyo. Pilihan jatuh pada berjalan kaki sejauh mungkin, sampai kaki ini sangat letih. Ketika sampai pada kilometer ke-32, perjalanan dihentikan. Diperoleh kesan, trotoar Tokyo memang layak dikagumi; bersih, hampir tidak ada yang berlumba. Dan betapa dalam perjalanan itu, tidak ditemukan satupun punting rokok. Padahal, sebagian masyarakat Jepang masih sangat suka merokok.

 

Hal yang menggetarkan, trotoar di kota berpenduduk hampir 20 juta jiwa ini tidak sekadar terbuat dari bahan baku yang bermutu tinggi, dan selalu bersih, tetapi karena trotoar tersebut dilengkapi halte yang sangat nyaman. Di tepi trotoar selalu terdapat aneka jenis kembang dengan beragam warna terang. Sungguh elok pemandangan di sekitar trotoar itu.

 

Alangkah eloknya jika Gubernur DKI Jakarta Jokowi tidak sekadar blusukan. Tidak sekadar menangani banjir, membangun infrastruktur dan menertibkan staf yang kurang berprestasi, tetapi juga membuat trotoar yang sangat elok. Trotoar Jakarta rata-rata dekil, penuh debu, banyak coretan, dan jalannya umumnya tidak rata.Selokan pun sangat bau. Aneh mengapa tidak terpikirkan untuk membuat trotar yang sungguh bermutu."Bikin trotoar saja kok susah," ujar Syarif.

 

Jakarta, salah satu kota terbesar dan terpadat penduduknya di dunia memang mesti memiliki trotoar yang baik dan bersih. Trotoar ibarat bingkai sebuah foto yang elok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com