JAKARTA, KOMPAS
Hal itu mengemuka dalam forum koordinasi lintas sektor Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan rumah sakit di Jakarta, Rabu (20/2). Wakil Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) Sabir Alwy mengatakan, MKDKI menerima 186 pengaduan selama 2006 hingga Januari 2013. Sebanyak 7 persen pengaduan berhubungan dengan komunikasi dokter-pasien.
Keluhan pasien antara lain dokter tidak punya waktu untuk memberi penjelasan, tidak berterus terang, tidak sabar mendengarkan keluhan pasien, cara bicara tidak jelas, dan menganggap pasien atau keluarga pasien tidak mengerti.
Padahal, salah satu standar kompetensi dokter di Indonesia, kata Ketua Konsil Kedokteran Indonesia Menaldi Rasmin, adalah dapat melakukan komunikasi yang efektif. Diakui, komunikasi dokter-pasien bukan masalah mudah. Komunikasi itu bersifat dua arah.
”Kebijakan rumah sakit, pemerintah daerah, dan kehidupan masyarakat berpengaruh pada komunikasi keduanya,” kata Menaldi.
Masalah besar di Indonesia yang turut memengaruhi komunikasi dokter dan pasien adalah jumlah penduduk yang besar, tidak sebanding dengan jumlah dokter. ”Seorang dokter harus menangani banyak pasien,” ujar Menaldi. Akibatnya, kontak dokter dan pasien tidak optimal.
Menurut pakar komunikasi dari Universitas Indonesia Dewi Matindas, pekerjaan utama dokter adalah membantu individu yang mengalami kesulitan fisik atau psikis. ”Pekerjaan dokter disebut