Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keakraban Jokowi dengan Lapangan

Kompas.com - 28/02/2013, 08:01 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Seperti ingin memenuhi janjinya sewaktu dikukuhkan sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 15 Oktober tahun lalu, Joko Widodo tak pernah bosan bolak-balik masuk kampung, mengunjungi slum area di penjuru Ibu Kota. Pagi, siang, bahkan malam ia jalani. Kadang tak peduli cuaca, hujan pun ia masih saja melakoni hobi blusukannya.

Ya, pada hari pelantikan, Joko Widodo alias Jokowi melontarkan salah satu janjinya di depan ribuan warga Ibu Kota yang memadati depan Gedung DPRD DKI Jakarta di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Didampingi Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, Jokowi berjanji akan terus turun ke kampung-kampung, mengunjungi warga. Janji itu ia ucapkan di atas sebuah panggung mini, disambut sorak sorai masyarakat, mirip seorang solois yang menembangkan hits andalannya.

Sering kali Jokowi menjelaskan alasannya melakoni "hobi" unik ini. Beberapa di antaranya adalah untuk berbelanja masalah langsung dari akar rumput, merumuskan solusi terbaik, sekaligus menjalin kedekatan dengan "lapangan" sehingga program yang akan digulirkan dapat diterima tanpa halangan berarti. Misalnya dengan program normalisasi sungai dan penataan kampung.

Di awal Februari 2013, ia meninjau permukiman padat yang bersebelahan dengan Sungai Ciliwung, di Manggarai Utara 2, RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Jokowi datang sore hari dengan membawa aneka bantuan yang dimuat dalam truk Satpol PP. Baginya, ini adalah salah satu cara memulai pendekatan dengan warga sebelum program gencar disosialisasikan dan dieksekusi.

Sungai di lokasi ini akan diperlebar 25 meter sampai 50 meter. Imbasnya adalah permukiman akan "tergerus" dan warga akan direlokasi ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang rencananya akan dibangun di Pasar Rumput. "Pendekatan ke masyarakat agar kalau ada program, mereka sudah pada posisi dekat dengan kita. Tapi belum bicara ke sana (soal penataan). Paling tidak, ada pendekatan supaya lebih mudah. Ini salah satu step sebelum bicara nanti," kata Jokowi.

Contoh lainnya saat Jokowi terjun langsung menangani karut-marutnya tata kelola dan proses relokasi warga di Rusun Marunda, Jakarta Utara. Rusun yang terdiri dari 26 tower dan ribuan unit ini terbengkalai selama bertahun-tahun, tapi mendadak populer setelah disentuhnya. Puluhan warga Muara Baru diboyong ke rusun tersebut menggunakan dua bus. Warga yang sedari awal menolak tinggal di Rusun Marunda mendadak cair setelah melihat rusun yang dilengkapi berbagai fasilitas, full furnished, dan ongkos sewa yang murah.

"Kita meniru gaya pengusaha properti, kita bagusin, kita lengkapi, baru ajak warga, tawari. Habis itu enggak ada warga yang menolak, semua mau direlokasi," ujarnya.

Saat ini proses renovasi rusun terus digenjot, termasuk menguatkan jalur transportasi air (waterway) dari Marunda-Muara Baru. Ribuan warga mengantre, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggandeng pihak swasta untuk ikut menyumbang melengkapi fasilitas di rusun tersebut. Terakhir, masalah jaminan layanan kesehatan untuk warga Ibu Kota.

Masih segar di ingatan, nasib malang yang diterima bayi Dera dan bayi Hikmah. Keduanya meninggal dunia setelah mengidap penyakit pernapasan dan diduga telat mendapat pertolongan dari pihak rumah sakit. Menanggapi hal itu, mantan Wali Kota Surakarta ini menolak jika semua terjadi karena gagalnya program Kartu Jakarta Sehat (KJS). Justru sebaliknya, ia beranggapan bahwa kondisi akan lebih buruk bila tanpa KJS.

Membeludaknya jumlah pasien di rumah sakit hingga 70 persen ia anggap sebagai bukti konkret berjalannya program tersebut. Menyikapi adanya lonjakan, Jokowi langsung meminta RSUD yang berada di bawah Pemprov DKI untuk mengubah proporsi kelas III menjadi 75 persen. Gelontoran dana juga siap ia kucurkan setelah APBD dicairkan. Meski begitu, Jokowi secara khusus meminta warga untuk tertib mengikuti tahapan di dalam program KJS. Hal itu yakni memulai pemeriksaan dari level puskesmas, dan hanya datang ke rumah sakit ketika sebelumnya sudah mendapat surat rujukan dari puskesmas.

Hal ini ia tegaskan supaya tak terjadi penumpukan jumlah pasien di rumah sakit, dan semua warga mendapatkan layanan kesehatan sesuai porsi masing-masing. "Saya ngerti di lapangan, kalau siang kan harus pakai rujukan (puskesmas), terus datang ke rumah sakitnya malam, alasannya puskesmas sudah tutup. Kalau saya di lapangan hapal kayak gitu-gitu," ujar Jokowi sambil tersenyum simpul, Rabu (27/2/2013) sore di Balaikota Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com