Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Wakepsek, Siswi Korban Seks Oral Histeris

Kompas.com - 06/03/2013, 01:31 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Siswi SMA negeri Jakarta Timur berinisial MA yang menjadi korban pelecehan seksual sempat histeris saat bertemu wakil kepala sekolahnya (wakepsek), T, dalam pemeriksaan di Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Lantaran keadaan yang tidak kondusif tersebut, pemeriksaan terhadap MA tidak berlangsung lama.

"Tidak lama karena di dalam ada terlapor, dan pada saat ditemukan (MA) sempat histeris. Tadi bisa kita katakan kondisi korban belum kondusif," kata kuasa hukum MA, Hepakta Berliana, kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Selasa (5/3/2013).

Oleh karenanya, lanjut Hepakta, siswi kelas III SMA itu kemudian dibawa menuju tempat lain. Pemeriksaan terhadap MA juga berlangsung tak lama. Namun, Hepakta mengatakan bahwa pihaknya bersedia untuk memenuhi panggilan kembali menjalani pemeriksaan berikutnya. "Nanti kalau diperlukan lagi akan dipanggil," ujar Hepakta.

Pihaknya mengucapkan terima kasih atas respons cepat dari kepolisian mengenai kasus itu. Dia berharap pihak kepolisian bisa memproses kasus tersebut dengan segera dan menentukan status terlapor.

MA menjadi korban pelecehan seksual setelah dipaksa melakukan seks oral sebanyak empat kali oleh T. Aksi itu kali pertama dilakukan satu kali di bulan Juni 2012 di salah satu tempat wisata besar di Jakarta Utara; dan tiga kali dilakukan pada Juli 2012, masing-masing di tempat yang sama saat kali pertama, di Bogor, dan di rumah T di Bekasi.

Sang guru, kata MA, selalu menyertai aksi bejat dengan sejumlah ancaman, antara lain akses mendapat ijazah dipersulit dan nilai jelek untuk ujian nasional. T memperlakukan MA layaknya wanita bayaran.

Seusai memaksa seks oral, pelaku menurunkan korban di tepi jalan dekat rumah dan memberi uang Rp 50.000 untuk ongkos pulang. MA yang tak bisa berbuat banyak terpaksa menerima dan memilih memendamnya dalam hati.

Terungkapnya kasus tersebut bermula saat MA sudah tak tahan lagi untuk menceritakan aibnya. Seorang guru berinisial Y pun menjadi tempat curhat pertamanya. Y kemudian berkoordinasi dengan keluarga korban dan akhirnya mereka memberanikan diri melaporkan aksi amoral pelaku ke Polda Metro Jaya, 9 Februari 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com