Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Pernah Ada Keraguan di Ragunan

Kompas.com - 19/03/2013, 03:08 WIB

Usia tak bisa dimungkiri. Beberapa gedung olahraga di kompleks Gelanggang Olahraga Ragunan tampak lusuh dimakan waktu. Di gedung bulu tangkis, tenis meja, voli, dan gulat, misalnya, atlet harus berlatih dengan fasilitas yang terbatas.

Di gedung-gedung olahraga itu, para atlet berlatih beralaskan lantai kayu yang terkelupas di sejumlah sisi. Langit-langit gedungnya lapuk dan dipenuhi kotoran di sejumlah sudut. Suasana pengap dan panas juga terasa saat memasuki ruang latihan itu. Penerangan pun minim karena beberapa lampu rusak dan pecah tanpa diperbaiki.

Padahal, sejak diresmikan 15 Januari 1977 oleh wakil presiden republik Indonesia saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, bangunan-bangunan tersebut menjadi saksi bisu lahirnya atlet-atlet yang telah mengharumkan Indonesia di pentas dunia. Ratu tenis nasional Yayuk Basuki; raja renang nasional Richard Sam Bera; pasangan emas Olimpiade Barcelona 1992, Susy Susanti-Alan Budikusuma; dan pesepak bola tersohor Tanah Air era 90-an, Kurniawan Dwi Yulianto, pernah berlatih di sana.

Kini, setelah 36 tahun berselang, sarana dan prasarana untuk 14 cabang olahraga di sana tak banyak berubah. ”Sekarang, kondisi fasilitas di sini tak banyak berubah, bahkan cenderung tertinggal dengan daerah lain,” ujar Joko Margo, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Unit Pengelola Gelanggang Olahraga Ragunan, saat ditemui Kompas, Rabu (13/3).

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana merevitalisasi sebagian besar sarana dan prasarana di kompleks Ragunan, yang akan dimulai tahun ini. Ia yakin, jika rencana itu terealisasi, kejayaan kompleks olahraga seluas 17,2 hektar itu bakal lahir kembali.

Pembinaan karakter

Tak hanya fasilitas olahraga yang akan direvitalisasi, sekolah yang jadi tempat atlet menuntut ilmu dan membina karakter juga akan direnovasi oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta. Saat ini, di depan gedung sekolah lama, SMP/SMA Negeri 116 Ragunan (Sekolah Atlet Ragunan), telah dimulai pembangunan gedung sekolah baru, akan terdiri atas empat lantai.

Sekolah yang lama dirasa tak lagi mampu menampung sekitar 500 atlet, dari jenjang SMP hingga SMA, yang belajar di sana. Sebanyak 500 atlet itu terdiri dari sekitar 250 atlet Pemusatan Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Nasional dan 250 atlet PPLP DKI Jakarta. Setiap tahun jumlah itu tak berubah. Hal itu karena Sekolah Atlet Ragunan hanya menerima murid baru sesuai dengan jumlah murid yang lulus. ”Bila dalam tahun itu ada lima atlet renang yang lulus, kami hanya akan menerima lima atlet renang untuk mengisi kuota tersebut,” ujar Djamilah, Kepala Sekolah SMP/SMA Negeri 116 Ragunan.

Di sekolah, atlet mendapatkan pendidikan yang sama dengan sekolah umum. Hanya saja, jam sekolah mereka disesuaikan dengan jadwal latihan.

Sekolah menjadi elemen penting dalam pembinaan atlet muda. Dari waktu sekolah yang tak panjang itu, para atlet tak hanya dibekali pendidikan akademis, tetapi juga pendidikan karakter. ”Saat mengajar, saya berusaha menyisipkan motivasi dan pesan moral kepada atlet muda. Tujuannya, agar karakter nasionalis mereka sebagai atlet terbentuk sedari dini,” kata Yulies Andriana, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP/SMA Negeri 116 Ragunan.

Masih ada keyakinan

Salah satu atlet penghuni kompleks Ragunan, Bayu Perkasa, mengatakan, kompleks Ragunan punya banyak kelebihan dibandingkan dengan tempat berlatih dan sekolahnya dahulu di Sekolah Olahraga Sriwijaya, Palembang. ”Di sini, saya bersekolah gratis, juga dalam bertempat tinggal, dan makan tiga kali sehari. Bahkan, saya mendapatkan uang saku Rp 600.000 per bulan, suplemen seperti vitamin dan susu, perlengkapan latihan, perlengkapan sekolah, serta perlengkapan pribadi,” kata Bayu, sprinter 100 meter dan 200 meter itu.

Fasilitas yang diterima Bayu juga diterima atlet PPLP Nasional. Program itu diadakan Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk membina atlet-atlet muda potensial dari sejumlah daerah di Indonesia. Yang membedakan, uang saku atlet PPLP Rp 300.000 per bulan.

Masih menurut Bayu, bergabung di kompleks Gelanggang Olahraga Ragunan memberikan kebanggaan dan keuntungan tersendiri. ”Saya bangga bisa bergabung di sini karena tidak mudah masuk ke sini. Selain itu, di sini saya dibina sejumlah pelatih atletik berkaliber nasional,” kata atlet yang ingin menyumbangkan medali bagi kontingen Sumatera Selatan di sejumlah kejuaraan nasional kelak.

Bayu yakin, kepindahannya dari Sekolah Olahraga Sriwijaya (Palembang) ke Ragunan merupakan keputusan tepat untuk mengembangkan dirinya agar menjadi atlet berprestasi.

Melihat keyakinan dari pengelola, tenaga pengajar, dan para atlet, jelas tak ada keraguan di Ragunan untuk kembali menjadi ”Kawah Candradimuka” pencetak atlet-atlet berprestasi bagi Indonesia. (K04/K10)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com