Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hatta: Belajar dari Bawang, Banyak Distorsi Bila Mengandalkan Impor

Kompas.com - 21/03/2013, 17:27 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -  Mengandalkan pemenuhan kebutuhan dalam negeri dari produk impor, dipastikan akan mengundang ragam persoalan. Pada saat yang sama, perlu ada perbaikan sistem terkait proses impor, karena sebagian kebutuhan memang tak bisa tidak harus mendatangkan produk impor. 

"Menggantungkan diri pada impor selalu menimbulkan distorsi, ada permainan segala macam. Sehingga, perbanyak produksi dalam negeri!" kata Menteri Perekonomian Hatta Rajasa, di kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Kamis (21/3/2013). Hatta tak menampik produksi bawang dalam negeri masih berkisar di angka lima persen kebutuhan nasional, karenanya kekurangan kebutuhan dalam negeri harus ditutup dari impor. Pada kondisi ini, menurut dia importir harus betul-betul kredibel.

Dari kasus bawang ini, Hatta pun mengingatkan harus ada perubahan sistem terkait proses impor selama ini. Selama ini, ujar dia, pengurusan izin untuk menjadi importir, berbelit-belit. Lalu, para importir pun baru memasukkan barang ke pasar setelah harga naik. "Ini harus diatur. Jangan sampai barang menumpuk di pelabuhan karena akan menimbulkan citra seperti sekarang ini," kecam Hatta.

Pemerintah, ujar Hatta, meminta Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyelidiki dugaan kartel impor bawang putih ini. "Kalau memang betul terjadi (praktik kartel) harus diberikan sanksi (pada pelakunya)," tegas dia.

Untuk solusi kebutuhan bawang nasional saat ini, Hatta mengatakan berpendapat lebih baik diloptimalkan upaya mengeluarkan bawang impor yang kini tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok. "Jangan impor lagi, utamakan yang sudah datang itu (kontainer). Tapi izinnya harus dilihat juga," tambahnya.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Krisis Bawang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com