Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR: Tunda Penghapusan KRL Ekonomi

Kompas.com - 25/03/2013, 16:22 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rencana penghapusan kereta rel listrik (KRL) ekonomi di Jabodetabek, diminta ditunda. Penghapusan kereta ekonomi adalah kewenangan pemerintah, bukan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Daya beli masyarakat tetap harus menjadi pertimbangan juga. Tarif tunggal harus memastikan kesiapan daya beli tersebut.

"Komisi V DPR mendukung rencana PT KAI melakukan upaya peningkatan kualitas layanan, termasuk penggantian KRL ekonomi menjadi KRL ber-AC. Tapi, harus mempertimbangkan daya beli masyarakat," ujar Anggota Komisi V DPR, Sigit Sosiantomo, dalam siaran pers, Senin (25/3/2013). Karenanya, tegas dia, bila masih banyak masyarakat yang tidak mampu membayar tarif tunggal yang ditetapkan untuk KRL ber-AC, maka rencana penghapusan KRL ekonomi harus ditunda.

Apalagi, tambah Sigit, seharusnya penghapusan KRL ekonomi bukan diputuskan PT KAI. Sesuai UU 23/2007 tentang Perkeretaapian, kewenangan penghapusan kereta ekonomi berada di tangan pemerintah. Selama masyarakat dinilai belum mampu, maka kelas ekonomi harus tetap ada sebagai bentuk pelayanan publik. "Yang bisa mencabut keberadaan kereta kelas ekonomi hanya pemerintah," tegas dia.

 

Soal tarif

Masalah tarif menjadi salah satu ganjalan penggantian KRL ekonomi dengan KRL ber-AC. Sejawat Sigit di DPR, Yudi Widiana Adia, berpendapat, selisih tarif harus ditanggung pemerintah bila penggantian tetap akan dilaksanakan sesuai rencana. Bila tidak sanggup, maka rencana ini harus ditunda.

Sama seperti Sigit, Yudi berargumen, penyediaan angkutan umum bagi masyarakat kelas bawah adalah kewajiban pemerintah. Selama masih ada masyarakat yang belum mampu membayar tarif non-ekonomi, pemerintah wajib menyediakan layanan umum, termasuk angkutan ekonomi ini.

Pendapat soal tarif juga dilontarkan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI). Meski mendukung peningkatan kualitas layanan perkeretaapian, MTI berpendapat tarif KRL ber-AC harus diturunkan. "Saya sendiri setuju kualitas KA perkotaan harus dinaikkan. Meski demikian, kenaikan kualitas ini bisa dilakukan tanpa membebani konsumen," kata Ketua MTI, Danang Parikesit, saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/3/2013).

Di sinilah, tegas Danang, peran pemerintah. Menurut dia, selama ini pemerintah cenderung membiarkan PT KAI berjalan sendiri untuk pembiayaan operasional kereta. Hal tersebut merupakan dampak dari tak pernah tuntasnya pembahasan public services obligation (PSO). Di sisi lain, pemerintah terus mendesak PT KAI meningkatkan pelayanan. 

Bertahap sampai Juli 2013

Penghapusan KRL ekonomi merupakan bagian dari upaya peningkatan pelayanan PT KAI sesuai penugasan dalam Perpres 83/2011. Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana kereta di Jabodetabek dan menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Rencananya, PT KAI akan menghapus layanan KRL ekonomi, paling lambat sampai Juli 2013. KRL ekonomi akan diganti dengan KRL ber-AC yang dioperasikan PT KAI Commuter Jabodetabek.

Pada tahap awal, PT KAI akan menghapus terlebih dahulu KRL ekonomi untuk lintas Bekasi dan Serpong, pada April 2013. Penghapusan selanjutnya adalah untuk KRL Bogor secara bertahap, sampai Juli 2013.

Selain alasan peningkatan kualitas layanan, rencana penghapusan KRL ekonomi juga berdasarkan pada data penurunan penumpang KRL ekonomi sejak 2009. Pada 2009, penumpang KRL ekonomi tercatat 86,6 juta penumpang. Lalu pada 2010 turun menjadi 69,3 juta penumpang, kemudian pada 2011 kembali turun menjadi 56 juta, dan pada 2012 pengguna KRL ekonomi tinggal 46,5 juta penumpang.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: KRL Ekonomi Akan Dihapus

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com