Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Atasi Kemacetan dari Honda

Kompas.com - 27/03/2013, 04:25 WIB

Kemacetan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Tiada hari tanpa kemacetan. Dan kemacetan itu bisa terjadi kapan saja, tidak hanya pada jam pergi dan pulang kantor.

Penyebabnya banyak sekali. Mulai dari ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah mobil yang turun ke jalan dan pertambahan ruas jalan untuk menampungnya, buruknya infrastruktur, ketiadaan manajemen lalu lintas yang memadai dan efektif, serta rendahnya disiplin pengguna jalan, terutama ketaatan pada rambu-rambu dan tanda lalu lintas.

Kali ini, perhatian lebih dipusatkan pada manajemen lalu lintas dan ketaatan pada rambu-rambu lalu lintas, terutama yang berhubungan dengan batas kecepatan maksimum di jalan. Misalnya, jika kendaraan yang melaju di jalan tol mematuhi kecepatan maksimum dan minimum yang diizinkan, maka jarak antara kendaraan yang melaju di jalan tol akan tetap terjaga dan kemungkinan aliran kendaraan tersendat di satu titik akan terhindari.

Namun, apabila batas kecepatan maksimum di jalan tol 80 kilometer dan banyak kendaraan yang meluncur di jalan tol dengan kecepatan 100-120 kilometer per jam, dapat dipastikan aliran kendaraan akan tersendat di satu titik karena akan banyak kendaraan yang tiba di tempat itu secara bersamaan. Tidak sesuai dengan yang diperhitungkan jika kendaraan mematuhi batas kecepatan maksimum 80 kilometer per jam. Kemacetan pun terjadi.

Demikian pula jika ada kendaraan yang melaju di jalan tol di bawah batas kecepatan minimum yang diizinkan, yakni 60 kilometer per jam, laju aliran kendaraan di jalan tol akan tersendat dan kemacetan di jalan tol terjadi.

Memahami logika itu, Honda Motor Co Ltd mengembangkan teknologi untuk meminimalkan kemacetan lalu lintas di jalan. Teknologi itu membuat setiap pengendara dapat menyesuaikan kecepatan kendaraannya dengan kendaraan di sekitarnya untuk mencegah terjadinya aliran kendaraan tersendat.

Teknologi yang dikembangkan Honda itu menggunakan basis smartphone (telepon pintar) untuk memandu pengendara dengan menggunakan indikator warna untuk mencapai laju kendaraan yang selaras dengan kendaraan di sekitarnya. Aplikasi ini memonitor pola akselerasi (meningkatkan kecepatan) dan deselerasi (mengurangi kecepatan) dan menentukan apakah pola tersebut akan berpotensi menyebabkan lalu lintas tersendat. Jika potensi kemacetan muncul, indikator warna akan membantu pengendara untuk menyesuaikan kecepatan hingga selaras dengan kendaraan lain di sekitarnya.

Efektif

Teknologi itu telah diuji coba, salah satunya dilakukan di ruas jalan tol Ulujami-Pondok Ranji pada periode September 2012 hingga Februari 2013. Pada 23 Maret lalu, Honda Motor Co Ltd mengumumkan efektivitas dari teknologi yang dikembangkannya. Selain dapat mencegah terjadinya kemacetan di jalan, teknologi yang diterapkan pada smartphone itu diklaim mampu meningkatkan efisiensi bahan bakar hingga lebih dari 20 persen.

Honda akan terus mengembangkan fungsi baru untuk aplikasi itu, termasuk fungsi perangkat on board (di dalam mobil) yang dapat menampilkan informasi tentang kemacetan di suatu tempat berdasarkan jumlah aktual kendaraan dan pola laju kendaraan. Untuk memperluas penggunaan aplikasi ini pada sepeda motor dan jenis kendaraan lainnya, Honda akan mengembangkan fungsi panduan berkendara dengan indikator suara dan getaran.

Pengujian teknologi ini dibagi menjadi dua metode, yaitu, pertama, pengujian stand alone, yang menggunakan smartphone on board pada satu kendaraan saja. Kedua, pengujian interaktif, yang menempatkan smartphone pada beberapa kendaraan yang terhubung ke server cloud untuk memberikan panduan bagi semua pengemudi agar berkendara selaras dengan kendaraan lain di sekitarnya.

Aplikasi ini akan segera diluncurkan pada tahun 2013, di mana konsumen ataupun masyarakat umum bisa mendapatkan aplikasi ini dengan mengunduhnya melalui App Store dan iTunes. (JL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com