Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narkoba Bawa Maut

Kompas.com - 31/03/2013, 04:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Kecelakaan tunggal di Tol TB Simatupang, Jakarta, Sabtu (30/3) dini hari, yang menewaskan Yasir Lutfi Marfadi (30) dan Winda Anggraini (25), diindikasi terkait penggunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya. Kasus ini menambah panjang daftar kecelakaan akibat narkoba, yang kerap terjadi dini hari dan hari libur.

Indikasi itu terkait dengan ditemukannya 5 paket sabu, obat penenang Dumolid 5 miligram sebanyak 29 butir, dan 3 bong (alat isap sabu) di dalam tas yang ada di dashboard mobil Toyota Camry yang digunakan korban.

Selain itu, ditemukan juga 1 paket sabu di saku celana kiri depan Yasir. Polisi juga menemukan 2 sangkur di dalam mobil dan banyak pakaian.

”Iya. Indikasinya mungkin mengarah beberapa persen ke sana (terkait narkoba),” kata Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Hindarsono kepada Kompas, Sabtu.

Menurut Hindarsono, untuk memastikan itu, pihaknya masih memeriksa darah kedua korban dan hasilnya akan diumumkan beberapa hari ke depan.

Toyota Camry bernomor polisi B 1596 KV itu, berdasarkan keterangan di surat tanda nomor kendaraan, nama pemilik tertulis PT Kaji Inova Media.

Kronologi

Kecelakaan tunggal ini terjadi sekitar pukul 04.00. Saat itu, mobil Camry melaju dengan cepat dari arah Lebak Bulus menuju Kampung Rambutan. Pada Kilometer 25+400, menurut Hindarsono, mobil itu kemudian membentur beton di sisi kanan jalan.

Akibat benturan itu, Winda terlempar keluar ke kanan mobil dan terlindas kendaraan, sementara Yasir terlempar ke arah kiri. Melihat posisi kedua korban, polisi belum bisa memastikan siapa yang mengemudikan mobil itu.

Keterangan yang diperoleh polisi, Yasir adalah pengusaha yang bergerak di usaha jual-beli mobil, sementara Winda adalah rekan Yasir.

Keluarga tak menyangka

Suasana duka sangat terasa di Ruang Instalasi Forensik Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Belasan keluarga Yasir hadir di tempat itu.

Adik-adik Yasir tampak emosional dengan nasib yang menimpa kakaknya. Rani, istri Yasir, pun tampak histeris melihat jenazah suaminya yang terbujur kaku di ruang jenazah. Anak mereka yang masih berusia balita pun ikut meneteskan air mata.

Novel, salah seorang keluarga Yasir, membenarkan bahwa korban adalah seorang pengusaha yang biasa berbisnis penjualan mobil. Mereka belum mengetahui hubungan antara Yasir dan Winda yang turut menjadi korban.

Jika dibandingkan dengan Yasir, kondisi Winda mengalami luka berat di bagian kepala sehingga wajahnya sulit dikenali. Dia pun mengalami beberapa luka parah di sekujur tubuh.

 

 

Firdaus, paman Winda, menuturkan bahwa keluarga sangat tidak menyangka dengan kecelakaan yang menimpa keponakannya itu. Di matanya, korban adalah seorang anak yang penurut dan selalu taat beribadah. ”Dia adalah bungsu dari empat bersaudara,” tutur Firdaus.

Vivi, sepupu Winda yang turut hadir di tempat itu, menuturkan bahwa korban seorang wanita yang berparas cantik dan sering menjadi model di beberapa majalah semenjak remaja. Selain itu, Winda juga memiliki sikap yang ramah dan periang.

Terkait dengan otopsi, kedua keluarga bersepakat untuk tidak melakukannya. Berdasarkan pantauan Kompas, beberapa jam setelah berada di ruang jenazah, jasad kedua korban langsung dimandikan dan dikafani. Kemudian, dengan ambulans, kedua jenazah diantar ke rumah duka masing-masing.

Daftar panjang

Berdasarkan catatan Kompas, kejadian ini menambah panjang daftar kecelakaan lalu lintas terkait narkoba.

Kasus yang paling menonjol adalah kecelakaan maut yang dilakukan Afriyani Susanti (25), pengemudi mobil Xenia yang menabrak 12 pejalan kaki, 9 di antaranya meninggal dunia, di Jalan Ridwan Rais, Jakarta Pusat, pada Minggu, 22 Januari 2012.

Sebuah Mercedes Benz seri CLS 63 AMG AT nomor polisi B 1201 BAD juga menabrak tiga warga yang sedang duduk di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Senin pagi, 23 Juli 2012. Satu orang tewas dan dua orang luka-luka. Dari tes urine, pengemudi dinyatakan mabuk.

Pengamat kepolisian, Widodo Umar, berpendapat, untuk memberantas kejahatan narkoba, dibutuhkan keterlibatan banyak pihak, di antaranya Polri, Badan Narkotika Nasional, dan pihak militer jika diperlukan.

”Strategi penanggulangan tidak cukup dengan penegakan hukum saja. Hal ini membutuhkan koordinasi antar-unsur keamanan,” kata Bambang. (k07/k06)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com