Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Tolak Hotel di Terminal Bogor

Kompas.com - 09/04/2013, 04:17 WIB

Bogor, Kompas - Sejumlah warga, awak bus, dan pedagang yang tergabung dalam Komunitas Masyarakat Terminal Baranangsiang menolak rencana Pemerintah Kota Bogor menggunakan sebagian lahan Terminal Baranangsiang untuk hotel dan pusat perbelanjaan. Mereka menilai hal itu akan membuat terminal semakin sempit dan tidak bisa beroperasi maksimal.

”Dengan kondisi saat ini saja sudah terlalu padat, apalagi kalau lahan yang ada dijadikan peruntukan bisnis, hotel, dan mal,” kata Dede Mihardi Indeng, Ketua Komunitas Masyarakat Terminal Baranangsiang, Senin (8/4).

Pada Minggu malam, anggota komunitas itu memasang spanduk penolakan di beberapa tempat di Terminal Baranangsiang. Salah satunya berbunyi, ”Kami Warga Masyarakat Terminal Baranangsiang Mendukung Pembangunan Terminal Bus Baranangsiang. Kami Menolak Tegas Pembangunan Hotel dan Mal di Terminal Baranangsiang”.

Pemasangan spanduk itu, kata Dede, sebagai bentuk kekesalan mereka setelah tiga kali aspirasi mereka tidak mendapat respons dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Dia berharap spanduk itu mampu membantu menggalang opini masyarakat di Kota Bogor sehingga semakin banyak yang menolak pembangunan area komersial di Baranangsiang.

Dia mengaku sudah ada 600 awak bus, pedagang, dan masyarakat yang ikut menandatangani penolakan hotel dan mal. Sementara ini masyarakat, kata dia, akan melihat tanggapan pemerintah atas penolakan itu.

Kompensasi pihak ketiga

Pemerintah Kota Bogor berencana merevitalisasi Terminal Baranangsiang mulai tahun 2013. Namun, karena pembangunan dibiayai pihak ketiga, sebagai kompensasi, pemkot menyerahkan sebagian lahan di Terminal Baranangsiang untuk area komersial yang mereka kelola.

Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor Suharto sebelumnya mengatakan, revitalisasi tersebut akan mengedepankan konsep integrasi antara terminal dan kawasan bisnis. Akan tetapi, dia enggan memerinci persentase terminal dan kawasan bisnis. Adapun Terminal Baranangsiang memiliki luas 2,1 hektar.

”Waktu konstruksi maksimal dua tahun, tetapi bisa dipercepat,” katanya sambil menjelaskan waktu pelaksanaan tergantung kesediaan pemangku kepentingan di terminal tersebut.

Selama revitalisasi, kata Suharto, bus yang biasa beroperasi dari Baranangsiang akan direlokasi ke Terminal Wangun dan Terminal Bubulak. Bus dari wilayah timur dan utara, seperti Jakarta, Sukabumi, dan Bandung, direlokasi ke Wangun, Bogor Timur. Sementara itu bus dari Leuwiliang, Parung, dan Jasinga diarahkan sementara ke Terminal Bubulak di Bogor Barat.

Dede mengaku pihaknya mendukung revitalisasi. Namun, proporsi kawasan terminal menjadi tidak lagi seimbang. Dari maket revitalisasi terminal yang dilihatnya, lebih dari 50 persen luas lahan terminal akan menjadi kawasan komersial.

”Kami yang mencari nafkah di terminal mau dikemanakan,” ujarnya.

Pemangku kepentingan di Terminal Baranangsiang pun belum pernah diajak bicara secara detail mengenai konsep revitalisasi.

Rudy Thehamihardja, pengusaha otobus di Kota Bogor, juga menyesalkan terminal seluas 2 hektar yang dinilai terlalu kecil direvitalisasi, dan setelah proses revitalisasi diperkirakan malah hanya tinggal lebih kurang 0,8 hektar.

Suharto bisa memaklumi jika ada penolakan dari pemangku kepentingan terminal karena pihaknya belum detail menyosialisasikan rencana revitalisasi itu.

Menurut dia, luas terminal memang akan menjadi sekitar 9.000 meter persegi. Namun, sisa lahan itu tidak seluruhnya untuk hotel dan mal, tetapi ada juga yang digunakan untuk areal parkir. ”Nanti akan segera kami sosialisasikan agar tidak lagi ada persepsi yang berbeda-beda,” tuturnya. (GAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com