JAKARTA, KOMPAS -
Sampai dengan Jumat (19/4), sudah 730 dari 998 bangunan di sisi barat waduk telah dirobohkan. Adapun di sisi timur masih berdiri sekitar 7.000 bangunan. Seperempat dari sekitar 80 hektar luas waduk telah diokupasi warga.
Koordinator penanganan pascabanjir Waduk Pluit, Heriyanto, mengatakan, selain membuat jalur inspeksi, bangunan dibongkar untuk mengembalikan luas dan memudahkan perawatan rutin. Sedimentasi hebat membuat kedalaman waduk berkurang dari 7-8 meter menjadi 2-3 meter. Okupasi warga membuat luas waduk menyusut 20 hektar.
”Pembongkaran akan terus dilakukan untuk mengembalikan luas waduk sesuai desain awal 80 hektar. Waduk Pluit semakin terbuka, akses keluar masuk alat berat sudah lebar, dan pengerukan lebih mudah,” ujarnya.
Pembongkaran ini merupakan rangkaian penataan kawasan Waduk Pluit pascabanjir, Januari-Februari 2013. Sebelumnya, aparat telah membersihkan
Sejumlah penghuni waduk mengaku kebingungan mencari tempat tinggal baru. Mereka tidak punya uang cukup untuk membeli rumah, sementara hunian mereka telah dan akan segera dirobohkan. Mereka juga tak tertampung di rumah susun karena telah penuh oleh warga yang direlokasi sebelumnya.
”Tak ada tabungan. Tak ada lagi rumah susun yang kosong dan bisa kami tempati. Sementara keluarga mengungsi ke rumah saudara di Kampung Kebun Tebu, Penjaringan, Jakut, sambil mencari tempat tinggal baru,” kata Jamal (56), penghuni sisi barat Waduk Pluit, di Kampung Garuda Mas, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan.
Juliati (36), penghuni lain di sisi barat Waduk Pluit, juga kebingungan mencari tempat tinggal baru. Tabungannya baru saja dihabiskan untuk membeli dan membangun huniannya saat ini. Namun, aparat sudah berencana membongkarnya. Dia berharap dapat bantuan sebagaimana diterima warga Penjaringan lain yang telah direlokasi.