Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legendra: tentang Kesetiaan Perempuan Minang

Kompas.com - 01/05/2013, 18:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com—Perempuan dalam tradisi Minang memang istimewa. Dia dihormati dan ditempatkan pada derajat yang sangat mulia dengan diberlakukannya sistem matrilineal, suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu.

Itulah sebabnya, tradisi lisan masyarakat Minangkabau yang mengedepankan perempuan cukup banyak. Sebutlah, Puti Bungsu, Siti Jamilan, dan Sabai nan Aluih. Ketiganya berkisah tentang perempuan hebat yang setia menjaga ucapan dan tindakannya.

Dari tiga legenda itulah, pergelaran "Legendra Padusi" dirancang menjadi drama tari yang naskahnya ditulis oleh sutradara perempuan Nia Dinata, tari digarap oleh koreografer Tom Ibnur, serta pementasan disutradarai oleh Rama Soeprapto.

Perempuan, menurut Tom Ibnur, selalu menarik untuk diperbincangkan. Itulah sebabnya, sedemikian banyak kisah di dunia ini yang mengangkat perihal perempuan, termasuk di ranah Minang. Padusi yang diangkat sebagai judul di pementasan ini, memiliki arti 'perempuan' Minang yang memiliki sejarah dan makna yang istimewa bagi orang Minang. Adapun Legendra merupakan kependekan dari Legenda Drama Tari.

Sedemikian istimewanya pertunjukan ini, sehingga dirinya sampai membawa sejumlah penari asli dari Bukittinggi ke Jakarta khusus untuk pertunjukan Padusi.

Bagi Rama Soeprapto sendiri, menggarap drama tari yang berpijak pada tradisi bukanlah barang baru. Tahun lalu, Rama juga sempat menggarap drama tari topeng yang digelar di Singapura dan mendapat sambutan meriah dari penikmat seni di negeri Singa itu.

Dan jauh sebelum itu, Rama juga pernah menjadi asisten sutradara pementasan "Ilagaligo" yang membuat Rama berkesimpulan bahwa seni tradisi kita sangat kaya. "Itulah sebabnya saya sangat bergairah menggarap Padusi. Menurut saya Padusi adalah milik dunia, bukan hanya milik indonesia," ujar Rama kepada para wartawan saat jumpa pers pergelaran "Legendra Padusi" di sebuah hotel di bilangan Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (1/5/2013).

Menurut Nia Dinata, lumayan susah mencari literatur mengenai kisah-kisah yang hendak diangkatnya itu. Namun, setelah melacak ke sana kemari, akhirnya perempuan sutradara ini berhasil menemukan hasil riset dari beberapa penulis.

Budaya Minangkabau adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau dan berkembang di seluruh kawasan berikut daerah perantauan Minangkabau. Budaya ini merupakan salah satu dari dua kebudayaan besar di Nusantara yang sangat menonjol dan berpengaruh. Budaya ini memiliki sifat egaliter, demokratis, dan sintetik, yang menjadi anti-tesis bagi kebudayaan besar lainnya, yakni budaya Jawa yang bersifat feodal dan sinkretik.

Berbeda dengan kebanyakan budaya yang berkembang di dunia, budaya Minangkabau menganut sistem matrilineal baik dalam hal pernikahan, persukuan, maupun warisan. Dari fakta-fakta mengenai perempuan Minang beserta kebudayaan masyarakat Minangkabau itulah, Nia menulis cerita dan siap menyajikannya untuk penonton.

Menurut rencana, pertunjukan ini akan digelar pada 11 dan 12 Mei 2013 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki Jakarta dengan harga tiket berkisar dari Rp 250 ribu hinga Rp 1 juta. (JY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com