Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revitalisasi Terminal Baranangsiang Ditunda

Kompas.com - 03/05/2013, 03:22 WIB

BOGOR, KOMPAS - Eksekusi Terminal Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, yang menurut rencana berlangsung 5 Mei ditunda hingga ada pertemuan antara masyarakat terminal dan pemerintah. Penundaan itu dilakukan setelah ratusan awak bus dan pedagang melakukan aksi mogok dan berunjuk rasa di DPRD Kota Bogor, Kamis (2/5).

Ratusan awak bus dan pedagang dari Terminal Baranangsiang mulai tak melayani penumpang pada pukul 06.00. Mereka berjalan kaki menuju DPRD Kota Bogor. Di DPRD, perwakilan pengunjuk rasa ditemui tiga anggota DPRD dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, yakni Yusuf Dardiri dari Komisi C, Najamudin dari Komisi D, dan Ani Sumarni dari Komisi B.

”Penundaan akan dilakukan sampai semua pihak duduk bersama. Saya mohon bersabar terlebih dulu. Jika 5 Mei tetap ada eksekusi, saya akan ke lokasi,” kata Yusuf Dardiri seusai menelepon Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor Suharto, di depan perwakilan pengunjuk rasa.

Yusuf mengaku belum mengetahui secara detail rencana revitalisasi Terminal Baranangsiang. Menurut dia, DPRD juga tidak dapat mengambil kebijakan karena saat ini masa reses.

Dalam pertemuan tersebut, Ketua Komunitas Masyarakat Terminal Baranangsiang Dedy Mihardi Indeng mendesak DPRD untuk menolak rencana revitalisasi terminal dengan membangun hotel dan mal di lahan terminal itu.

Dia juga menilai tidak ada transparansi dari Pemerintah Kota Bogor untuk menjelaskan penggunaan lahan oleh investor.

”Arogan. Tiba-tiba sudah akan eksekusi untuk memulai revitalisasi 5 Mei. Kami minta jaminan tidak ada eksekusi,” ujarnya.

Setelah eksekusi, menurut rencana, bus di Terminal Baranangsiang akan dialihkan ke Terminal Wangun di Tajur serta di Terminal Bubulak. Investor yang mendanai revitalisasi membutuhkan waktu untuk membenahi terminal itu.

Kepala DLLAJ Kota Bogor Suharto, saat dikonfirmasi, membenarkan eksekusi akan ditunda hingga usai pertemuan dengan DPRD Kota Bogor.

Dia membantah, mayoritas lahan terminal akan digunakan untuk hotel dan mal oleh investor yang mendanai revitalisasi terminal. Menurut dia, dari luas lahan terminal 2,1 hektar, sebagian memang terdiri dari ruang terbuka hijau, toilet, dan kantor. Karena itu, lahan untuk bus hanya 1,5 hektar.

Saat ditanya mengenai keseimbangan antara nilai aset lahan yang digunakan investor dan biaya revitalisasi terminal, Suharto mengaku tidak tahu.

”Kalau itu bagian aset (Pemkot Bogor),” ujarnya.

Penumpang tak setuju

Dampak aksi ini, sebagian penumpang yang menunggu bus di Terminal Baranangsiang menjadi kebingungan. Evi (38), warga Kedung Halang, yang hendak ke Cirebon, salah satunya. Ia terpaksa berbalik ke perempatan Ciawi untuk mencari bus ke Cirebon.

”Saya harus ke Cirebon karena ada keluarga yang meninggal. Jadi bingung,” ujarnya.

Beberapa pekerja yang akan ke Jakarta akhirnya memilih menggunakan kereta rel listrik atau berpatungan menyewa taksi. Sebagian lagi memilih tak berangkat ke kantor karena terlambat.

”Kami tidak mau kalau terminal ini dijadikan mal dan hotel. Sudah banyak mal di Kota Bogor, malah ada yang sepi. Masa kami harus mencari bus di Wangun. Lebih jauh,” ujar Herman (35), warga Ciapus yang bekerja di Kelapa Gading. (GAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com