Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswi SMP Tertembus Peluru Aparat di Cideng

Kompas.com - 03/05/2013, 13:22 WIB
Madina Nusrat

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — SR (15), siswi kelas IX SMP swasta di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, menjadi korban saat beberapa aparat berpakaian bebas melaksanakan operasi genk motor di SPBU Jalan Cideng, Jakarta Pusat. Sebuah proyektil menembus tulang kering pada betis kiri anak pertama dari dua bersaudara itu. Kasus itu telah terjadi pada 10 Maret lalu.

Namun, karena tak ada perkembangan pemeriksaan di Polsek Metro Gambir, tempat kasus itu dilaporkan, orangtua SF meminta pendampingan hukum ke Komisi Nasional Perlindungan Anak, Jumat (3/5/2013). Muhamad Istiadi (38), ayah SF, mengungkapkan, Polsek Metro Gambir hanya memberikan laporan ada hambatan karena tak ada saksi.

Padahal, lanjutnya, ada lebih dari empat teman SF di lokasi kejadian dan belum ada satu pun yang dimintai keterangan oleh Polsek Metro Gambir. "Saya juga sudah lapor Provos Polda Metro Jaya, tetapi mereka juga menunggu laporan Polsek Metro Gambir," kata Istiadi.

Istiadi mengungkapakan, proyektil yang menembus di betis kiri anaknya itu merupakan proyektil dari peluru yang terpantul setelah ditembakkan.Tulang kering betis SF pun bolong dan masih tersisa serpihan proyektil di dalamnya. Akibat kejadian itu, SF tak dapat masuk sekolah dan mengikuti ujian akhir sekolah.

"SF hanya bisa mengikuti UN," kata Istiadi. SF mengungkapkan, peristiwa itu dia alami pada 10 Maret dini hari setelah dia dan beberapa temannya yang menumpang empat sepeda motor mengisi bensin di SPBU Jalan Cideng, depan jalan layang ke arah Tanah Abang.

Pada saat bersamaan, lanjutnya, segerombolan pemuda dengan mengendarai sepeda motor berteriak, "Ada polisi. Ada polisi."

Menyadari adanya teriakan itu, SF yang dibonceng temannya siswi kelas XI SMA berinisial OP (17) mengawasi kondisi di sekitar dan melihat ada dua mobil minibus berhenti menutupi jalan keluar SPBU. Dari kedua mobil itu keluar tiga pria berpakaian bebas dengan mengenakan jaket hitam dan salah satunya langsung melepaskan tembakan satu kali ke udara dan satu kali ke jalan.

SF dan OP saat itu berada di dekat ketiga pria itu berdiri. Sebab, SF mengaku, dia dan OP sedang menunggu temannya yang mengisi bensin.

"Saya juga tidak tahu awalnya kalau kaki saya itu terkena peluru. Tahu-tahu kaki saya berdarah," kata SF. Karena darah yang mengalir cukup deras, SF dibawa teman-temannya ke klinik 24 jam di dekat SPBU, tetapi dia hanya diberi antibiotik. Kemudian, oleh teman-temannya dia dibawa ke RS Medika Permata Hijau, tetapi tak bisa dilakukan pemeriksaan karena luka tembak sehingga membutuhkan surat keterangan polisi.

"Terus saya dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo, tapi ramai pasiennya. Akhirnya saya dibawa ke RS Fatmawati," katanya.

Di RS Fatmawati pun, kata Istiadi, SF sempat dikira pelaku kejahatan oleh aparat polisi yang sedang berjaga di rumah sakit itu.

Namun, setelah dijelaskan, kata Istiadi, dia diantar ke kantor polisi terdekat dan diberikan surat keterangan resmi polisi supaya SF bisa ditangani di RS Fatmawati.

"Namun, dalam surat keterangan polisi itu pun disebutkan anak saya hanya menjadi korban penganiayaan, bukan salah tembak," kata Istiadi. Setelah SF menjalani operasi pengangkatan proyektil pun, kata Istiadi, proyektil itu langsung diambil aparat polisi.

Rekaman CCTV di SPBU tempat kejadian juga telah diambil aparat polisi. Namun, menurut Istiadi, dia sempat menyaksikan rekaman CCTV di SPBU pada 10 Maret pagi. Dari rekaman itu diketahui pria yang melepaskan tembakan itu mengenakan baju putih dibalut jaket.

Dari rekaman itu juga diketahui ada empat remaja laki-laki dan perempuan yang dipaksa masuk ke dalam mobil oleh tiga pria yang keluar dari mobil tersebut.

Kendati sampai saat ini belum ada penjelasan dari Polsek Metro Gambir, kata Endang Susanti (33), pihaknya malah diberikan uang Rp 4.450.000 oleh Kepala Polsek Metro Gambir Ajun Komisaris Besar Tatan Dirsan. "Saat saya tanya, untuk apa uang ini. Dia hanya bilang, bisa dipakai buat beli bedak," kata Endang.

Endang pun mengaku menerima saja uang itu karena seluruh uangnya sudah habis untuk biaya perawatan SF yang mencapai Rp 20 juta. "Saya pakai juga uang dari polisi itu untuk berobat jalan SF dan sekarang tinggal Rp 1.450.000," katanya.

Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengatakan, pihaknya akan mengonfirmasi laporan ini ke Polsek Metro Gambir dan Provos Polda Metro Jaya. Tak menutup kemungkinan, katanya, pria yang melepaskan tembakan itu adalah polisi. "Sebab, nyatanya, Polsek Metro Gambir belum memeriksa satu pun saksi. Padahal, SF pada saat kejadian itu bersama teman-temannya," kata Arist.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com