Siswi kelas IX SMP swasta di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, berinisial SR (15), menjadi korban penembakan saat beberapa pria—diduga aparat—yang berpakaian sipil membubarkan sekelompok remaja bersepeda motor di SPBU Jalan Cideng Timur, Jakarta Pusat. Sebuah proyektil menembus tulang kering betis kiri anak pertama dari dua bersaudara itu saat salah seorang pria itu melepaskan tembakan peringatan.
Peristiwa itu terjadi 10 Maret lalu. Namun, karena tak ada perkembangan pemeriksaan di Polsek Metro Gambir tempat kasus itu dilaporkan, orangtua SR meminta pendampingan hukum ke Komisi Nasional Perlindungan Anak, Jumat (3/5).
Muhamad Istiadi (38), ayah SR, mengungkapkan, Polsek Metro Gambir hanya memberikan laporan ada hambatan karena tak ada saksi. Padahal, menurut dia, ada sembilan teman SR di lokasi kejadian dan belum seorang pun yang dimintai keterangan polisi.
”Saya juga sudah melaporkan peristiwa ini ke Provos Polda Metro Jaya,
Menurut Istiadi, proyektil yang menembus betis kiri anaknya itu, sesuai hasil visum RS Fatmawati, merupakan proyektil dari peluru yang terpantul setelah ditembakkan. Tulang kering betis SR pun bolong dan masih tersisa serpihan proyektil di dalamnya.
”Akibatnya, SR tak bisa sekolah. Ia hanya bisa mengikuti UN,” kata Istiadi.
Menurut SR, peristiwa itu dia alami pukul 00.30 setelah dia dan sembilan temannya yang berboncengan lima sepeda motor pulang bermain futsal dan makan bersama di Jakarta Pusat. Dalam perjalanan pulang ke rumah di Kebayoran Lama, salah seorang temannya perlu mengisi bensin sepeda motornya sehingga masuk ke SPBU di Jalan Cideng Timur, sementara empat sepeda motor lain, termasuk sepeda motor yang ditumpangi SR, menunggu di pintu keluar SPBU.
Saat bersamaan, ungkap SR, segerombolan pemuda bersepeda motor berteriak, ”Ada polisi. Ada polisi.” Menyadari adanya teriakan itu, SR yang dibonceng temannya, Op (17), mengawasi kondisi sekitar dan menyaksikan dua minibus berhenti menutup jalan keluar SPBU, dekat lokasi mereka berada.
Dari kedua mobil itu keluar tiga pria berpakaian sipil dan mengenakan jaket hitam. Salah seorang langsung melepaskan tembakan satu kali ke udara dan satu kali ke jalan. Sesaat setelah tembakan ke jalan dilepaskan, SR menyadari betis kirinya keluar darah.
SR kemudian dibawa temannya ke klinik 24 jam dan RS Medika Permata Hijau, tetapi tak dapat ditangani karena luka tembak membutuhkan surat keterangan polisi.