Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/05/2013, 10:59 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Konsep awal pembangunan mass rapid transit (MRT) yang akan dibangun di Jakarta adalah seluruhnya konstruksi jalur bawah tanah. Saat itu, Gubernur DKI Sutiyoso menyebutnya subway, bukan MRT.

Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Darmaningtyas, mengatakan, tahun 2010, istilah MRT belum digunakan, tetapi langsung menggunakan istilah subway (kereta bawah tanah) yang mengacu bahwa kelak seluruh konstruksi pembangunan MRT di Jakarta akan dibangun di bawah tanah.

"Istilah MRT baru muncul tahun 2010. Saya punya kliping-kliping koran yang sampai akhir masa jabatan Bang Yos pada akhir tahun 2007, belum ada istilah MRT, tapi yang digunakan langsung istilah subway. Sampai tahun 2009, tulisan-tulisan saya pun masih menggunakan istilah subway," jelasnya saat dihubungi via telepon, Rabu (8/5/2013).

Saat memasuki awal tahun 2010 itulah, kata Darmaningtyas, baru diketahui jika konsep pembangunan MRT di Jakarta telah diubah. Dari yang sebelumnya dibangun dengan jalur bawah tanah, seluruhnya menjadi setengah bawah tanah dan setengahnya lagi jalur layang.

"Saya sempat tanyakan ke Dinas Perhubungan, jawabannya karena nantinya tidak semuanya akan bawah tanah, tapi ada yang melayang," ungkapnya.

Mengenai penolakan sebagian warga Jakarta Selatan, terutama yang berada di Jalan Fatmawati dan sekitarnya tersebut, Darmaningtyas mengatakan, hal itu karena belum adanya sosialisasi yang baik dari Pemprov DKI kepada masyarakat yang permukimannya akan dilalui jalur MRT layang.

Pembangunan tahap pertama MRT dilakukan sepanjang Lebak Bulus di Jakarta Selatan hingga Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Proyek ini terdiri dari dua jenis konstruksi, yakni jalur bawah tanah (underground) dari Bundaran HI hingga Jalan Sisingamangaraja, dan jalur layang (elevated) mulai Jalan Sisingamangaraja hingga Lebak Bulus. Sebagian warga Jakarta Selatan yang menolak pembangunan jalur layang MRT karena dianggap akan merusak tatanan kota dan menggusur lahan usaha atau permukiman mereka.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com