Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruh yang Diperbudak Ingin Sukses Bekerja

Kompas.com - 08/05/2013, 21:07 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski sudah pernah mendapatkan pengalaman buruk di tempat bekerja, hal tersebut tidak menghalangi buruh yang dipekerjakan secara tak layak di pabrik kuali di Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, untuk menatap masa depannya. Mereka masih mempunyai keinginan untuk bekerja, untuk dapat tetap melanjutkan kehidupannya yang lebih baik lagi.

Saat ini para pekerja itu masih merasakan trauma karena mendapat perlakukan tidak layak dari pemilik usaha dan mandor di bekas tempat kerja mereka. Karena trauma itu, mereka perlu waktu lebih lama untuk memulihkan kondisi fisik maupun psikis sebelum bekerja di tempat lain.

Bagas, contohnya, bercita-cita menjadi pengusaha sukses setelah dirinya kuat menjalani pekerjaan. "Sudah ditawari pekerjaan sama kakak (saudara) di Tangerang. Tapi sekarang mau istirahat dulu, badan masih sakit-sakit," ujar anak sulung dari tujuh bersaudara ini di Kantor Kontras, Jakarta Pusat, Rabu (8/5/2013).

Senada dengan Bagas, Ramlan (17) juga tidak takut menatap masa depannya setelah mengalami masa getir di pabrik milik YI atau Yuki itu. Pria asal Cianjur ini langsung mengatakan akan membantu usaha keluarganya di Desa Jamali, Cimande, Cianjur, Jawa Barat.

"Saya mau bantu bapak di sawah. Saya ingin dekat dengan keluarga," ucapnya dengan tersenyum.

Meski demikian, ada salah satu buruh yang masih mengalami trauma psikis cukup besar. Dirman namanya, ia masih takut jika melihat orang baru. Ia beranggapan orang baru yang ditemuinya adalah suruhan Yuki. Saat ini Dirman masih belum dapat banyak bicara, ia hanya sering diam, dan sesekali berbisik kepada temannya yang juga menjadi korban perbudakan.

"Kemarin dia (Dirman) nendang panci karena masih trauma dengan barang-barang yang berada di sana (pabrik)," kata Nuryana, teman Dirman.

Puluhan buruh itu mengaku mendapat tekanan dari pemilik dan mandor di tempat mereka bekerja. Mereka juga mengaku tidak diberi gaji dan harus tidur di tempat yang sempit dan pengap. Mereka mengaku menggunakan satu sikat gigi untuk dipakai bersama-sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com