JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dikenal sebagai salah satu pejabat pemerintah yang suka blak-blakan dalam menyampaikan pendapat. Ia bahkan sering "keceplosan" berbicara ketika menghadapi pertanyaan wartawan yang selalu menunggunya.
Dalam beberapa kesempatan, Basuki kerap membocorkan program unggulan Pemprov DKI, padahal Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo belum membicarakannya ke publik. Pria yang akrab disapa Ahok itu juga mengakui bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh jurnalis, yang selalu menunggunya di luar ruang kerjanya, tak jarang membuatnya pusing.
"Rutinitas saya ke kantor, sudah ada warga yang berderet menunggu di pintu bawah. Rapat sampai malam dan lepas maghrib, saya baru bisa mandi, makan, dan tanda tangan. Pasti juga ada wawancara dengan wartawan yang harus dijawab. Makanya, saya itu sering ngomong dulu baru mikir. Saat masuk ruang kerja, saya baru pikir, tadi sudah ngomong apa saja ya ke wartawan? Ha-ha-ha," kata Basuki saat mengunjungi kantor Kompas Gramedia, Jakarta Barat, Jumat (10/5/2013).
Terlebih, saat ini media online sedang menjamur dan jika Basuki berbicara selama tiga menit, maka perkataannya dapat dijadikan menjadi tiga berita. Oleh karena itu, ia memiliki staf pribadi dan pegawai yang selalu dapat menasihatinya untuk mengontrol gayanya yang blak-blakan. Pria yang akrab disapa Ahok itu juga berharap kepada Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama untuk dapat selalu mengingatkan dan memberikan koreksi untuk kinerja Jokowi-Basuki.
"Saya meminta kepada Pak Jakob Oetama yang lebih berpengalaman untuk melakukan koreksi, mana yang kira-kira kurang benar atau kurang tepat. Agar tiga bulan ke depan, kita enggak melakukan hal-hal yang lebih ngaco lagi... ha-ha-ha," kata Basuki.
Menanggapi hal itu, Jakob Oetama yang turut didampingi oleh CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo dan Pemimpin Redaksi Kompas Rikard Bagun mengatakan bahwa Jokowi dan Basuki memberikan sebuah harapan besar kepada publik. Terlebih lagi, harapan-harapan itu diiringi dengan rekam jejak dan pengalaman Jokowi saat berhasil memimpin di Surakarta ataupun personalitas Basuki yang populer di dunia politik.
Jakob mengatakan, hal itu sangat positif. Namun, di sisi lain, hal itu juga dapat mendatangkan risiko ketika warga bisa menjadi kecewa apabila ekspektasi mereka tidak terpenuhi. Sebagian persoalan di Jakarta adalah karena Jakarta sebagai ibu kota negara dan pusat pemerintahan serta harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat.
"Omong kosong kalau pemerintah pusat tidak ikut campur. Cobalah realisasikan, misalnya, Wagub ajak warga-warga keturunan untuk membangun kampung-kampung kumuh, ini kan konkret dan visible," ujar Jakob.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.