Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Basuki tentang Kepala Dinas Dihadang Golok di Muara Baru

Kompas.com - 13/05/2013, 15:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku telah melakukan upaya persuasif untuk melakukan pendekatan kepada warga terkait kebijakan Pemprov DKI. Misalnya ke Waduk Pluit, ke Rusun Muara Baru, dan Rusun Marunda. Namun, para pemain di tiap-tiap kawasan tersebut menghasut warga untuk menolak kebijakan Pemprov.

Basuki mencontohkan saat Kepala Dinas Perumahan berkunjung ke Rusun Muara Baru, Jakarta Utara. Saat itu, kata dia, mereka dihadang oleh orang yang membawa golok, yang menolak mengosongkan tempat tersebut.

"Saya tidak mau pergi, Pak. Kalau saya pergi, saya tahu bakal berantem. Kamu bawa golok, kamu enggak mabok, kamu juga pasti takut mati. Ya hitung-hitungan aja pernya takutan siapa. Sama-sama takut mati, kan. Makanya saya putuskan saya tidak mau pergi, saya tahu saya emosional," kata Basuki saat bertemu dengan Jakob Oetoma di kantor Kompas, Jumat (10/5/2013).

Basuki juga menceritakan tentang stafnya yang mendata rumah kosong di Rusun Muara Baru. Menurutnya, mereka mendapat sambutan yang juga tidak mengenakkan.

"Karena dia orang Batak beragama Kristen, provokatornya langsung bilang, teriak yang enggak masuk akal. Ini Kristenisasi... ini Kristenisasi, ini mau bangun gereja. Padahal dia mau ngecek mana yang kosong," tutur Basuki.

"Untung dia bawa staf ada yang pake kerudung, ada tiga-empat orang. Itu kejadian, itu kita lapor ke Polres," ucap pria yang akrab disapa Ahok itu.

Dia juga menceritakan adanya pengusaha besar di Waduk Pluit yang hampir menguasai 2 hektar tanah di kawasan tersebut. Dia membuat gudang besar, kantor besar, dan menyimpan alat besar di tempatnya itu.

Pengusaha itu, kata Basuki, menolak untuk mengosongkan tempatnya. Dia sampai mendatangi rumah Basuki, bersama dengan pamannya (paman Basuki), agar minta tidak digusur.

"Saya bilang enggak bisa. Bangunan enggak ada izin, tempat tinggal enggak ada izin harus dibongkar. Dia pake preman-preman untuk jaga. Ya sudah, saya minta kita juga pake cara-cara agak kasar juga, kirim aja Brimob," ungkap mantan Bupati Belitung Timur tersebut.

"Saya bilang ya sudah, enggak usah datang-datang ke sini. Oom saya juga kalau datang enggak usah kasih masuk, saya minta ke penjaga saya, ngapain kalau dia cuma mau ngurus-ngurus begini."

"Orang jadi enggak suka, tapi ini risiko, enggak ada pilihan. Dia itu yang membiayai tempel-tempel bendera spanduk, pengusaha itu."

Disebut Basuki, sesungguhnya warga sekitar bersedia tinggal di rusun. Namun pengusaha-pengusaha tersebut yang menolak.

Basuki juga menjelaskan bahwa dia tidak menuding warga di sekitar Waduk Pluit sebagai komunis. Namun, cara mereka meminta lahan milik negara dan menjarahnya sebagai cara komunis.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com