Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga BBM Ditunggu

Kompas.com - 15/05/2013, 02:58 WIB

Jakarta, KOMPAS - Kepastian keputusan pemerintah mengenai harga bahan bakar minyak ditunggu. Ketidakjelasan keputusan harga baru BBM membuat pedagang bingung menentukan harga barang. Pengusaha kecil dan menengah serta pengusaha transportasi mengeluhkan hal yang sama.

Kendar, pedagang material bahan bangunan di Randuagung, Kecamatan Singosari, dan Wari, pemilik toko bangunan di kawasan Pasar Tumpang, Kecamatan Tumpang, yang ditemui secara terpisah, Selasa (14/5), mengkritik pemerintah yang dinilai tidak tegas dan kalah dengan masa pemerintahan Orde Baru. Pada masa Orde Baru, pemerintah langsung menaikkan harga bahan bakar tanpa didahului oleh polemik.

Ketidaktegasan pemerintah dalam menaikkan harga bahan bakar ini membuat harga barang di tataran masyarakat menjadi bergejolak.

”Harusnya kalau harga bahan bakar naik, ya langsung dinaikkan saja tanpa memberitahu. Kalau tidak jadi naik, ya tidak jadi. Kalau menggantung seperti ini, kan, harga barang menjadi bergejolak. Barang yang sudah naik tidak mungkin turun,” katanya.

Di Mojokerto, Jawa Timur, kebijakan menaikkan harga BBM bakal berimbas pada kelesuan daya beli masyarakat. Jika kelesuan daya beli berkepanjangan, pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) khawatir mengancam keberlangsungan usahanya.

”Yang jelas dan pasti, naiknya harga BBM bakal diikuti naiknya semua bahan baku, termasuk lem, kulit, kulit sintetis, bahkan transportasi,” kata salah seorang pelaku UKM alas kaki Mojokerto, Emru Suhadak.

Ia mengatakan, kebijakan harga BBM yang naik berkisar 25-30 persen, tidak saja berimbas pada kelesuan daya beli masyarakat, tetapi juga berdampak pada kebutuhan tenaga kerja. Pasalnya, pelaku UKM alas kaki, tidak mungkin menaikkan harga setara dengan kenaikan harga bahan bakar minyak.

”Pasti ada kenaikan harga sepatu dan sandal, tetapi pelaku UKM tidak mungkin menaikkan harga sebesar kenaikan harga BBM karena pihak grosir akan susah menerima kenaikan harga sepatu dan sandal sampai 30 persen,” kata Emru.

Dikatakan, untuk menyiasati naiknya harga BBM dan kelesuan daya beli masyarakat, pelaku UKM alas kaki tentunya akan mengambil jalan terbaik asalkan tidak sampai usahanya kolaps.

”Kami akan menaikkan harga grosir secara bertahap dan mengurangi keuntungan sampai usaha alas kaki kembali normal dan pasar kembali bergairah dengan membaiknya daya beli masyarakat,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com