Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Hidrometeorologi Terus Mengancam Indonesia

Kompas.com - 16/05/2013, 03:55 WIB

Jakarta, Kompas - Bencana hidrometeorologi berupa banjir, longsor, dan puting beliung menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Frekuensi kejadian serta dampaknya terus meningkat. Sepanjang tahun 2013, 97 persen bencana di Indonesia disebabkan faktor hidrometeorologi. Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global diduga menjadi pemicu.

Hal itu dikatakan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Rabu (15/5).

”Tahun 2002-2012, 92,1 persen bencana disebabkan faktor hidrometeorologi. Ke depan, bencana hidrometeorologi terus meningkat karena bertambahnya kerusakan lingkungan, kerentanan, perubahan iklim, dan kemiskinan,” katanya.

Data BNPB, sepanjang tahun 2012 terjadi 540 banjir yang menyebabkan 108 orang meninggal dan 604.573 mengungsi. Bencana longsor terjadi 291 kali, berdampak pada 7.153 orang, dengan 119 orang meninggal. Hingga pertengahan tahun 2013, ada 162 banjir membuat 396.032 orang menderita dan 94 orang meninggal. Longsor 93 kali, menyebabkan 110 orang meninggal serta 3.653 orang mengungsi.

Sutopo mengatakan, selain kerusakan lingkungan, perubahan iklim meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi. Misalnya, banjir di Singkil, Aceh, dan Sumatera Utara beberapa waktu lalu dipengaruhi pusat tekanan rendah di barat laut Aceh yang kini menjadi siklon tropis One.

Banjir yang melanda Gorontalo sejak Selasa (14/5) dipengaruhi tekanan rendah di sekitar laut Filipina. ”Begitu juga hujan deras di sebagian Jawa beberapa hari lalu akibat pengaruh pusat tekanan rendah di Samudra Hindia,” katanya.

Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hariadi mengatakan, posisi matahari di utara ekuator sekarang meningkatkan suhu muka laut. Di Samudra Pasifik bagian barat atau di perairan Filipina muncul pusat sistem tekanan rendah. Namun, belum jadi bibit badai tropis.

Menurut Hariadi, wilayah Gorontalo hingga Maluku saat ini memasuki puncak musim hujan. Biasanya, puncak musim hujan terjadi bulan Juni. (AIK/NAW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com