BRASILIA, KAMIS -
Menurut otoritas setempat, alih-alih mendapatkan pekerjaan layak, mereka justru diperalat menjadi budak. Mereka dipaksa bekerja sebagai buruh kasar demi membayar jasa para penyelundup hingga 10.000 dollar AS.
Kasus imigran gelap di Brasil akhir-akhir ini terus meningkat. Dari hasil investigasi polisi, penyelundup biasanya lebih dulu membawa korban ke Peru, Bolivia, atau Guyana, baru kemudian masuk ke wilayah Brasil.
Salah seorang penyidik, Paulo Henrique, seperti dikutip dari kantor berita Agencia Brasil, Kamis (16/5), mengatakan, pihaknya menemukan praktik perbudakan terhadap pekerja dari Banglades di delapan rumah di Kota Samambaia, tak jauh dari Brasilia.
Mereka umumnya bekerja di tempat pembekuan daging dan ikan, tempat pencucian mobil, serta menjadi kuli bangunan.
Kepolisian Brasil telah mengidentifikasi sedikitnya 14 penyelundup yang terlibat dalam sindikat perdagangan manusia. Di antara para penyelundup, terdapat sebuah sindikat ”Anjing Hutan” yang beranggotakan sejumlah penyelundup.
Jaringan itu diduga kuat mendalangi penyelundupan imigran ilegal di Brasil belakangan ini. Namun, polisi belum mengetahui jumlah imigran gelap asal Banglades saat ini dan belum ada satu pun yang ditangkap.
Pemerintah Brasil telah meminta bantuan enam negara di Amerika Selatan dan Kepulauan Karibia untuk bersama-sama menangani kasus perdagangan manusia. Selain dari Banglades, banyak imigran gelap dari Haiti yang juga masuk ke negara terbesar di Amerika Selatan itu.
Permohonan itu disampaikan dalam pertemuan antara pejabat Kementerian Luar Negeri Brasil dan perwakilan dari Bolivia, Kolombia, Ekuador, Haiti, Peru, serta Republik Dominika, sehari sebelumnya.
Mereka sepakat meningkatkan pengamanan di daerah perbatasan yang selama ini kerap menjadi rute penyelundupan imigran gelap.
Jumlah imigran gelap dari Haiti di Brasil saat ini diperkirakan 4.000 orang. Gelombang imigran terjadi sejak gempa meluluhlantakkan Port-au-Prince pada tahun 2010.