Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PSK Diarahkan Jadi Pedagang

Kompas.com - 28/05/2013, 17:29 WIB
Siwi Yunita Cahyaningrum

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com  Kementerian Sosial akan menutup sejumlah lokalisasi prostitusi, dimulai dari Jawa Timur. Penutupan ini diawali dengan mengalihkan profesi pekerja seks menjadi wirausahawan atau pedagang.

Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri saat berkunjung di Banyuwangi pada Senin (27/5/2013) dan Selasa (28/5/2013) mengatakan, penutupan lokalisasi sudah mulai dilakukan di sejumlah daerah.

Di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, misalnya dari 11 kompleks prostitusi, sembilan di antaranya sudah ditutup. Di Jawa Timur sendiri dari total 47 lokalisasi besar, 20 di antaranya sudah ditutup.

Tempat lokalisasi besar, seperti Doli di Surabaya, ditargetkan akan ditutup setidaknya pada akhir tahun atau awal tahun 2013. Penutupan lokalisasi dengan jalan persuasif itu diharapkan akan berlanjut ke provinsi lain.

Menurut Salim, penutupan lokalisasi akan disertai dengan pengentasan pekerjaan bagi para pekerja seks komersial (PSK). Mereka akan mendapatkan modal kerja per orang Rp 5 juta orang bekal keterampilan yang disesuaikan dengan bakat dan minat senilai Rp 1 juta per orang serta diberikan uang jaminan hidup sebesar Rp 1,8 juta per orang. Mereka juga akan mendapatkan pendampingan agar tidak kembali lagi ke menekuni profesi lama.

"Saat lokalisasi bubar, mereka tidak bekerja di jalan-jalan, tapi pulang kampung dan berwirausaha," kata Salim saat berkunjung ke Banyuwangi.

Menurut Salim, rencana penutupan lokalisasi sudah dibahas sejak awal 2012 dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk akademisi, pemerhati perempuan, dan anak serta lembaga swadaya masyarakat. Kesepakatan yang diperoleh, pengentasan akan dilakukan dengan cara persuasif. Masing-masing elemen ikut bertanggung jawab mengangkat nasib para PSK nantinya.

Ditentang

Meski dijanjikan mendapatkan bantuan pengentasan pekerjaan, tidak semua PSK menyepakati rencana penutupan lokalisasi. Dewi Susanti (40), salah satu PSK di Banyuwangi, yang terdaftar dalam bantuan Kementerian Sosial, mengatakan, memilih menolak bantuan tersebut.

"Dari awal, kami tidak diberi tahu ada rencana penutupan. Pemerintah daerah waktu sosialisasi tidak menyebutkan syarat penutupan sebagai konsekuensi dari penerimana bantuan. Kami dikelabui," kata Dewi.

Indro Sudiyo, salah satu mucikari di Banyuwangi, juga menyatakan keberatan terhadap penutupan lokalisasi segera sebab pemerintah tidak menyosialisasikan hal itu sebelumnya.

Mochaman Khoiron, pendamping program pengentasan pekerja seks dari Lembaga Kesejahteraan Sosial, mengatakan, memang tidak semua pekerja seks mau dientaskan. Dari 400-an PSK di Banyuwangi, baru 257 PSK yang mau mengikuti program pengentasan pekerjaan.

"Persoalannya memang tidak melulu karena ekonomi. Sebagian terjun karena dipaksa atau jadi korban trafficking, ada pula yang tersangkut masalah sosial. Intinya pengentasan ekonomi tidak akan menuntaskan persoalan prostitusi," kata Khoiron.

Khoiron menambahkan, penutupan lokalisasi bahkan berdampak buruk pada bidang kesehatan masyarakat. Dikhawatirkan dengan ditutupnya lokalisasi, pengawasan kesehatan, termasuk penularan HIV/AID sulit dipantau.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com