Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diet Kantong Plastik, Sulitkah?

Kompas.com - 31/05/2013, 10:25 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mudahnya mendapatkan kantong plastik dan harganya yang sangat murah membuat penggunaan kantong plastik secara berlebihan telah menjadi kebiasaan di tengah masyarakat. Kebiasaan ini sulit dihilangkan, tetapi bukan berarti tidak bisa dihilangkan sama sekali.

Berbekal keprihatinan tersebut, sejumlah komunitas, organisasi, maupun individu yang aktif bergerak di bidang penyelamatan lingkungan seperti Change.org, Ciliwung Institute, Earth Hour Indonesia, Greenaration Indonesia, LeafPlus, Plastik Detox, Si Dalang ID, The Body Shop Indonesia dan sejumlah individu membentuk Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik.

"Nenek moyang kita dahulu jika pergi belanja selalu membawa tas sendiri dan kebiasaan itu yang kini hilang," kata Arief Aziz, co-founder Change.org yang juga salah satu aktivis gerakan pada Kamis (30/5/2013) di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Indonesia merupakan negara dengan penggunaan kantong plastik yang tinggi. Sekitar 100 miliar kantong plastik dihabiskan setiap tahunnya. Artinya, setiap individu menghasilkan 700 lembar kantong plastik setiap tahun. Padahal, kantong plastik meninggalkan jejak ekologis yang dapat bertahan lama yang berkontribusi merusak lingkungan.

"Kita tidak bilang say no karena khawatir akan memunculkan gejolak ekonomi sosial. Jadi, yang kita musuhi bukan kantong plastiknya, tapi pemakaiannya," tegas Arief.

Arief menerangkan, kantong plastik merupakan salah satu penyebab rusaknya lingkungan. Salah satu bahan baku kantong plastik adalah minyak bumi. Sebanyak 100 miliar kantong plastik yang digunakan setiap tahunnya sama dengan menghabiskan 12 juta barrel minyak bumi.

Minyak bumi adalah salah satu sumber daya alam yang sulit dan memakan waktu lama untuk memperbaruinya. Padahal, siklus penggunaan kantong plastik terlalu cepat, yakni sekali pakai. Setelah habis digunakan dan dibuang, butuh waktu ratusan tahun untuk mengurainya.

"Dan karena ringan, (kantong plastik) mudah terbawa angin sehingga keberadaannya sulit dikontrol seperti ada di selokan, sungai, dan laut," jelas Arief.

Sejauh ini, sejumlah kegiatan telah dilakukan di tengah masyarakat, di antaranya headbag mob, operasi plastik, plastik tak asik, petisi pay for plastic, plastic detox, bombe kantong plastik, dan rampok kantong plastik.

"Rampok kantong plastik adalah saat menemui orang di jalan yang membawa kantong plastik, maka akan kita rampok dan kita tukar dengan tas jinjing," jelas Arief.

Dalam rangka memperingati HUT ke-468 Jakarta, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik akan mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam penggunaan kantong plastik melalui petisi "Satu Bulan Tanpa Kantong Plastik" dan hal itu telah diajukan ke Pemprov DKI Jakarta agar mengeluarkan surat imbauan kepada sejumlah pengelola acara yang berpotensi terjadinya pemborosan kantong plastik seperti Jakarta Great Sale, Jakarnaval, dan Jakarta Fair agar tidak mudah memberikan kantong plastik kepada masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com