Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Lebih Puas Jadi Pejabat ketimbang Orang Kaya

Kompas.com - 31/05/2013, 15:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Basuki Tjahaja Purnama merasa lebih bisa menolong rakyat kecil jika dia menjadi pejabat ketimbang hanya menjadi pengusaha kaya. Hal ini yang membuatnya banting setir dari pengusaha menjadi politisi kemudian pejabat.

Menurut Basuki, bermodalkan modal 1 juta dollar AS, dia membangun pabrik di kampung halamannya di Belitung Timur pada tahun 1999. Namun, karena dipersulit oleh pejabat setempat, Basuki banting setir menjadi anggota DPRD.

Menurut Basuki, pejabat setempat mempersulit pabriknya dengan alasan ISO. Namun, meski melawan, Basuki tetap harus menutup pabriknya tersebut pada tahun 2001.

"Tahun 2003 saya diajak Dr Sjahrir masuk PIB. Pas lagi kesal, pabrik tutup, pejabat nantang saja. Jadi pejabat luh kalau mau macam-macam," kata Basuki saat menjadi narasumber talkshow Membangun Future Leader Indonesia Melalui Pendidikan di Ruang Balai Agung Betawi Hotel Santika Premiere Jakarta, Jakarta Barat, Kamis (30/5/2013)

Basuki kemudian ditawarkan menjadi caleg untuk DPR RI oleh PIB. Namun, tawaran itu ditolaknya karena butuh dana besar. Dia pun memilih untuk menjadi caleg DPRD tingkat II.

Menurut Basuki, ada alasannya mengapa dia memilih DPRD tingkat II. "Ada teori politik dari Abraham Lincoln bahwa untuk menguji karakter sejati orang, kasih dia kekuasaan. Saya butuh panggung politik untuk mempertontonkan karakter saya. Panggung politik yang paling mudah dan murah diraih DPRD tingkat II, Jakarta enggak punya. Dengan suara sedikit saja, sisa-sisa bisa jadi," tutur pria yang akrab disapa Ahok itu.

"Saya mulai mengampanyekan teknik minta uang, saya tolak. Marah orang-orang. Akhirnya yang milih saya hanya 92 orang. Tapi, karena ketua partai, suara sisa-sisa, terpilihlah saya di DPRD," ujarnya.

Namun, menurut Basuki, sebenarnya dia bercita-cita, jika partainya menang, ia mau menunjuk seorang camat yang dikenalnya untuk menjadi bupati. "Supaya warga-warga yang tidak mampu sekolah dan berobat, jangan minta duit sama saya karena saya tidak bisa menolong mereka. Tidak menolong mereka, nurani tidak enak. Kalau nolong, emang istri saya tahan banting kaya ibu saya. Bisa-bisa ditinggal istri," kata Basuki sambil tertawa.

"Akhirnya partai saya kalah. Camat ini datang ke rumah saya pagi-pagi. Hok, abang minta kamu tidak mundur, walau sendiri, lawan di dalam DPRD sana," ucap Basuki menuturkan.

"Saya bilang, mau lawan apa? Ya udah, jadi orang gendeng di dalam sama. Saya bilang DPRD itu Dewan Perampok Rakyat Daerah. Saya lapor ke rakyat, sempat mau digebukin. Saya bilang satu lawan satu, takut juga dia," ujarnya.

Baru 7 bulan menjadi anggota DPRD tingkat II, pemilih Basuki memintanya untuk maju menjadi Bupati Belitung Timur. Namun, karena yang memilih juga DPRD, akhirnya dia menunggu hinggal lima tahun. Namun, pada 2005, pemerintah mengubah aturan dengan pemilihan langsung.

"Menjadi calon bupati tidak ambil jadwal kampanye karena tidak ada uang. Tidak ada baju dan kaus. Saya turunan China, ini 93 persen Muslim," kata Basuki.

Syukurnya, dia bisa memang dengan memperoleh 37,13 persen suara, mengalahkan empat pasangan calon bupati lainnya. Kala menjadi bupati, Basuki memanfaatkan kemampuannya untuk membantu orang miskin dan tidak mampu.

"Belitung Timur menjadi kabupaten pertama yang kerja sama dengan PT Askes. Seluruh penduduk saya jamin, asal mau masuk ke puskesmas dan masuk rumah sakit kelas 3 karena orang kaya enggak mau masuk kelas 3," ujar Basuki.

"Kalau ada yang punya toko kelontong mau masuk ke puskesmas, menurut saya, berarti dia butuh dukungan modal, hahaha...," ujar Basuki disambut tepuk tangan peserta talkshow.

Hingga saat ini, Basuki tetap pada cita-citanya menolong orang tidak mampu dengan jabatannya. Menurutnya, dengan menjadi pejabat, malah banyak orang miskin yang ditolongnya ketimbang dia hanya menjadi orang kaya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com