Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mercedes Benz" Top Sepanjang Masa

Kompas.com - 01/06/2013, 03:29 WIB

Pelatih klub VfB Stuttgart - Bruno Labbadia mengibaratkan posisi timnya di hadapan Bayern Muenchen seperti ”pabrik pembuat mobil kecil” dengan ”Mercedes Benz”. Dengan metafora seperti itu, ia tidak sedang menyatakan ”kalah sebelum berperang”. Ia sedang memotret realitas di depannya.

Bayern tampil pada final Piala Jerman, Sabtu ini, sebagai juara Liga Jerman dan juara Eropa. Bandingkan dengan Stuttgart yang musim ini finis nomor 12 klasemen akhir Bundesliga. Di Piala Jerman, Bayern sudah 15 kali juara. Stuttgart baru tiga kali. Sangat kontras.

”Saat ini Bayern tim paling kuat di Eropa, jika bukan yang terkuat di dunia,” ujar Labbadia. Sedemikian perkasa kekuatan mereka saat ini, Direktur Eksekutif Bayern Karl-Heinz Rummenigge berseloroh, dalam kondisi mabuk pun mereka mampu memukul Stuttgart.

Jika mampu memukul Stuttgart di final Piala Jerman, Bayern bakal menjadi klub Jerman pertama yang mengoleksi tiga gelar juara dalam satu musim (treble). Salah satu bahan perdebatan di kalangan publik Jerman: jika sukses treble itu diraih hari ini, apakah skuad Bayern ini bisa dikatakan sebagai yang terbaik sepanjang masa?

Seolah sudah jadi kesepakatan bersama, hingga saat ini, bahwa skuad Bayern terhebat adalah generasi era 1970-an, yang menjuarai Piala Eropa tiga kali beruntun pada 1974-1976. Generasi yang meliputi sejumlah legenda top Jerman, seperti Franz Beckenbauer, Gerhard Mueller, dan Sepp Meier.

Namun, satu hal yang belum pernah diwujudkan generasi emas itu adalah meraih sukses treble. Angkatan Bastian Schweinsteiger berpeluang besar mewujudkan sukses treble meski mereka baru menjuarai Eropa setelah penampilan ketiga di final Liga Champions.

”Kami semua lapar. Kami ingin membuat diri kami abadi,” tegas Thomas Mueller, gelandang Bayern. ”Semua pemain sudah mengucapkannya 100 kali: treble belum pernah diraih, jadi ini motivasi sangat besar.”

Mentalitas Bayern

Sukses Bayern musim ini terjadi setelah mereka sama sekali tidak mendapat gelar juara pada dua tahun sebelumnya. Tahun lalu, saat menjadi tuan rumah Liga Champions, klub berjuluk ”FC Hollywood” itu bahkan dipermalukan Chelsea.

”Dua tahun tanpa gelar juara benar-benar telah memacu mereka,” kata Labbadia. Ada semacam mentalitas dan perasaan lapar terhadap sukses.

Pada musim terakhir, manajemen Bayern melakukan perombakan di sana-sini. Mereka merekrut Matthias Sammer, yang pernah juara Liga Champions bersama Borussia Dortmund dan juara Eropa bersama timnas Jerman pada 1996, sebagai direktur olahraga.

Skuad dan komposisi pemain juga disegarkan dengan menghadirkan beberapa pemain baru. Striker Mario Mandzukic, gelandang Xherdan Shaqiri dan Javi Martinez adalah beberapa wajah baru di ruang ganti Bayern dan memberikan dampak signifikan.

Rummenigge bercerita, saat liburan musim panas, ia selalu mendapat telepon dari pelatih Jupp Heynckes setiap hari pukul 10 pagi. ”Kami berdiskusi apa saja yang harus kami ubah. Kami semua bekerja menuju arah tersebut. Dan apa yang kami lihat hari ini adalah kebangkitan olahraga terbaik tahun ini!” kata Rummenigge.

Di bawah kendali sopir berpengalaman, Heynckes, musim ini ”Mercedes Benz” ala Bayern melaju mulus dan kencang, menaklukkan Jerman dan Eropa.

Di tangan sopir baru

Mulai musim depan, 2013-2014, ”Mercedes Benz” itu bakal berganti sopir, yakni Pep Guardiola. Warisan sukses peninggalan Heynckes sedikit-banyak memberikan tekanan bagi mantan pelatih Barcelona itu.

Beberapa pengamat pun mulai meraba-raba, seperti apa kira-kira wajah Bayern di bawah kendali Guardiola. Michael Cox dalam ulasannya di koran The Guardian, misalnya, memprediksi peran penting yang bakal diberikan Guardiola pada gelandang bertalenta Toni Kroos dan gelandang baru Mario Goetze.

Permainan dengan pertahanan tiga bek, seperti yang pernah dicoba Guardiola di Barcelona, bisa menjadi salah satu alternatif. ”Di bawah Guardiola yang pernah bereksperimen dengan formasi starter tiga bek pada musim terakhirnya di Barcelona, Bayern bakal lebih cepat permainannya ketika seorang gelandang turun ke bawah, dan Javi Martinez lebih pas dibanding Schweinsteiger,” tulis Cox.

Mobil bisa sama mewah, tetapi kemampuan sopir juga besar pengaruhnya. Seberapa hebat Bayern di bawah Guardiola, kita tunggu. (SAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com