Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daya Dukung Lingkungan Turun

Kompas.com - 14/06/2013, 03:46 WIB

Banjarmasin, Kompas - Hujan deras yang turun sejak Rabu (12/6) menyebabkan banjir bandang di sejumlah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Selain karena daya dukung lingkungan yang semakin turun, banjir juga terjadi karena curah hujan yang tinggi.

Menurut Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalimantan Selatan Dwitho Frasetiandy, Kamis, selain faktor curah hujan yang tinggi dan daya dukung lingkungan yang rendah, banjir bandang juga terjadi karena rusaknya lingkungan alam.

”Terutama di daerah aliran sungai di Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan, yang juga terimbas rusaknya bagian sisi timur Pegunungan Meratus,” katanya.

Dwitho menambahkan, dari total 433.677 hektar hutan lindung, yang sudah dirambah mencapai 142.523 hektar. Pemerintah pusat sebenarnya hanya menyetujui pengurangan kawasan hutan seluas 59.512 hektar dari 311.420 hektar kawasan hutan di Pegunungan Meratus yang diusulkan jadi areal penggunaan lain.

Simpang siur

Pengurangan kawasan hutan tercatat pada hutan lindung seluas 70.299 hektar, hutan produksi 54.493 hektar, hutan produksi tetap 126.120 hektar, dan hutan produksi konversi seluas 71.262 hektar.

Sementara itu, laporan mengenai korban jiwa sejauh ini masih simpang siur meskipun dilaporkan lebih dari 33 rumah warga hanyut terseret air saat banjir datang dan 27 rumah lainnya rusak parah. Dari data Taruna Siaga Bencana (Tagana), tercatat 74 keluarga atau 272 jiwa di Desa Alat Seberang mengungsi.

Banjir melanda Kecamatan Hantakan, Batu Benawa, Batang Air, dan Berabai di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan di wilayah Kecamatan Kandangan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Harnadi dari Tim Tagana Rescuer 02 Rajawali menuturkan, tanda-tanda banjir sudah terlihat sejak Rabu malam. ”Namun, air sudah surut dan tinggal di Barabai yang masih tergenang, seperti di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kemasan, dan Pasar Dua,” ujarnya.

Menurut Harnadi, dua anak yang sebelumnya diduga terseret air sudah ditemukan. ”Ternyata, mereka terpisah dengan orangtuanya saat ikut warga berduyun-duyun mengungsi. Namun, kami masih mengecek kebenaran terkait informasi adanya satu bocah yang dikabarkan hilang di Desa Aluan, Kecamatan Batu Benawa,” katanya menambahkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com