Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Sore di Rusunawa Budha Tzu Chi, Muara Angke

Kompas.com - 15/06/2013, 14:15 WIB
Windoro Adi

Penulis

Setiap terjadi pertengkaran, Suparno selalu mengingatkan pentingnya meningkatkan dan menjalin komunikasi yang lebih terbuka. “Lebih terbuka artinya, ada komunikasi dua arah. Informasi yang diserap pun juga harus dari bermacam arah dan diperiksa kembali kebenarannya sebelum dikomunikasikan. Jangan buru-buru ambil kesimpulan sendiri kalau informasi yang diterima tidak lengkap dan belum diperiksa kebenarannya,” jelas Suparno.

Menurut Kepala Properti Rusunawa Budha Tzu Chi, Muara Angke, Rendra Widiatmoko, saat ini Rusunawa dihuni 3.700 jiwa. Sebagian Rusunawa, setiap unitnya dihuni oleh lebih dari 2 KK. Unit yang berukuran 36 meter persegi itu terdiri dari dua kamar, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Setiap kamar dilengkapi 6 kursi plastik, 1 meja bundar kayu, 2 lemari -- tunggal dan ganda, satu ranjang besar, dan  satu ranjang kecil bertingkat.

Sulit tertib

Kata Rendra, 70 persen penghuni adalah keluarga nelayan termasuk pedagang, kuli panggul, dan sopir angkutan ikan. “Warga di sini masih sulit menjaga kebersihan, dan ketertiban. Galakan warga ketimbang pengelola. Dilarang mendirikan lapak-lapak dagang, marah. Tapi kalau timbul pertengkaran antar warga karena merasa ada yang dirugikan dengan hadirnya lapak-lapak liar itu, pengelola yang disalahkan” ucap Rendra. Padahal, lanjutnya, pengelola sudah menyiapkan 24 lapak dan 2 kios besar. Lapak dan kios itu pun akhirnya menjadi gudang.

Teh Neng membenarkan. “Baru saja saya mengepel gang, eh, nylonong seenaknya aja tuh penghuni. Berondongan lagi lewatnya. Permisi kek. Melipir kek jalannya cari bagian lantai yang sudah kering dipel. Enggak juga. Ditegur, galakan mereka dari kita,” ujarnya.

Komandan regu keamanan Rusunawa, Suhermin (23) pun mengaku tak mampu berbuat banyak. “Paling juga diam sendiri kalau sudah lelah adu mulut. Kalau makin memanas, kami lapor polisi saja. Habis gimana ? Ditengahin, dibilang kami pilih kasih belain yang sana. Dibiarin, disalahin juga sama warga lain karena suasana jadi gaduh,” tutur Suhermin.

Ia pun menjadi enggan menata tempat parkir karena galakan penghuninya. “Ditegur baik-baik, balik membentak. Pake ngancem-ngancem segala. Penghuni sini susah dibilangin,” ujar Suhermin. Ia menambahkan, dulu di pintu masuk dibangun portal.

Pemeriksaan kartu identitas pun dilakukan. Tetapi sebagian warga menentang. “Kata mereka, kaya enggak kenal aja,” kata Suhermin. Pos pos kamling pun dijadikan tempat nongkorng main kartu dan catur.

Ketidaktertiban ini akhirnya menyebabkan pencurian sepeda motor warga meningkat. “Sebagian pelakunya penghuni Rusunawa, atau kawan penghuni dari luar,” ujar Suhermin malas.

Ketua RW 20, Muhammad Aola (50) yang membawahi 9 RT, tak ingin menyerah menghadapi carut marut sosial di Rusunawa. “Sekarang setiap bulan kami mengadakan rapat rutin bersama para ketua RT, membahas masalah sosial yang timbul di setiap RT, lalu kami carikan solusinya,” ujar Aola.

Dari pertemuan rutin tersebut Aola berkesimpulan, pemicu utama pertengkaran adalah uang. “Maklum, sebagian besar penghuni di sini masih hidup di bawah layak,” ucap Aola.

Memang bukan hal mudah membangun budaya tertib, menghormati hidup orang lain dengan mematuhi aturan main bersama, di antara kaum yang masih harus bekerja keras memperbaiki tingkat kesejahteraan keluarga yang jauh dari layak. Mereka membutuhkan pendampingan menata kembali sistem sosial yang disepakati bersama.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com