Kedua pihak tersebut adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Taman Safari Indonesia. Kerja sama dengan Taman Impian Jaya Ancol berupa program semacam Safari Night. Adapun kerja sama dengan Taman Safari Indonesia berupa program untuk peningkatan pelayanan dan perawatan hewan-hewan.
”Nanti dilihat mana yang terbaik. Kalau perlu ada orang luar (untuk pengelolaan), ya, nanti orangnya diganti tergantung hasil rapat,” ujar Basuki, Minggu (16/6).
Basuki menilai, saat ini pengelolaan Taman Margasatwa Ragunan belum optimal. Banyak laporan menyatakan bahwa kondisi hewan-hewan kurang terawat dengan baik. Demikian pula dengan fasilitas yang ada. Padahal Pemprov DKI sudah memberikan subsidi Rp 40 miliar per tahun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk makanan dan minuman hewan di Ragunan.
Dengan luas 140 hektar, Taman Margasatwa Ragunan merupakan aset ruang terbuka hijau yang sangat besar di Ibu Kota. Tak hanya sebagai kebun binatang untuk tujuan edukasi dan rekreasi, Ragunan juga bisa berfungsi sebagai taman kota.
”Artinya Ragunan itu sangat istimewa. Dengan tanah begitu luas, apalagi di tengah kota, masa kita kalah dengan Singapura? Masa kita kalah dengan Taman Safari,” ujar Basuki.
Meski akan menjalin kerja sama dengan pihak ketiga atau swasta, Basuki menjamin kerja sama itu tidak akan mengubah besaran harga tiket masuk yang sekarang terbilang murah, yakni Rp 5.000.
Berdasarkan survei Pemprov DKI, kata Basuki, dengan harga tersebut masyarakat masih sanggup membeli tiket. Pemprov DKI juga masih sanggup membiayai pengelolaannya.
Dalam waktu dekat Pemprov DKI akan mengadakan pertemuan dengan Unit Pelaksana Teknis Taman Margasatwa Ragunan. Dari pertemuan itu Pemprov DKI akan menilai perlu atau tidaknya penggantian personel.